Ibadah Yang Dibatasi Ruang dan Waktu – 2

Di tayangan EBS minggu lalu, kita sudah mempelajari salah satu unsur penting dalam mengikuti ibadah yang bersifat lebih terlokalisir karena secara khusus dilaksanakan di gereja pada hari Minggu (Kebaktian Umum). Unsur penting tersebut adalah pemahaman tentang keseimbangan antara aspek transendensi dan imanensi Allah. Pengertian yang benar mengenai kedua aspek ini sangat berdampak terhadap sikap hati dan perilaku kita selama mengikuti pelaksanaan ibadah tersebut.

Unsur kedua yang juga sama pentingnya ketika kita berpartisipasi dalam menjalankan ibadah yang benar adalah keseimbangan antara aspek personal dan komunal. Dalam pengajaran Alkitab, umat tebusan Tuhan yang melaksanakan penyembahan kepada Allah adalah komunitas yang disebut sebagai “tubuh Kristus.” Istilah “tubuh Kristus” secara eksplisit sudah menyingkapkan realitas mengenai kesatuan antara aspek komunal dan personal tersebut. Mengapa demikian? Karena gereja adalah kumpulan dari segenap jemaat atau komunitas yang terdiri dari banyak anggota yaitu setiap pribadi sebagai pengikut Kristus. Ini adalah gambaran yang sesuai dengan perkataan rasul Paulus bahwa “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” (1 Korintus 12:27). Keberadaan setiap orang Kristen sebagai bagian dari tubuh Kristus memperlihatkan ikatan persatuan yang erat dengan komunitas segenap orang percaya. Tidak pernah bisa terlepas dari kenyataan demikian. Dengan kata lain, karya penebusan Tuhan Yesus sama sekali tidak bertujuan untuk menjadikan orang yang diselamatkan itu sebagai pribadi yang individualistis, yang berorientasi pada dirinya semata. Melainkan sebaliknya, tujuan penebusan Kristus adalah untuk membentuk suatu kumpulan yang melingkupi banyak orang dari berbagai suku, bahasa dan bangsa sebagai komunitas kristiani yang terfokus pada Tuhan Yesus selaku kepala atau pemimpin-Nya.

Kebenaran tentang komunitas orang percaya sebagai “tubuh Kristus” ini sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku hidup kita dalam banyak hal. Secara khusus pada kesempatan ini, kita akan melihat implikasi konsep “tubuh Kristus” dalam kaitannya dengan pelaksanaan ibadah yang lebih bersifat terlokalisir itu. Penyembahan kita kepada Allah tentu saja ada unsur personalnya. Ketika melakukan Saat Teduh di mana kita bersekutu dengan Tuhan melalui berdoa, bernyanyi dan membaca serta merenungkan firman Tuhan; ini semua adalah bentuk ibadah yang bersifat personal dan vertikal. Kegiatan rohani seperti ini adalah bentuk tanggung-jawab pribadi kita masing-masing dalam menerapkan disiplin rohani.

Satu hal yang harus senantiasa diingat dan disadari adalah bahwa aspek personal dari ibadah orang percaya ini tidak bisa menggantikan atau meniadakan aspek komunal di mana kita bersama-sama dengan saudara seiman lainnya datang menyembah Tuhan pada hari Minggu di gereja. Inilah implikasi penting dari identitas gereja sebagai “tubuh Kristus” yaitu persekutuan personal dan vertikal dengan Allah tidak pernah bisa dipisahkan dari persekutuan komunal yang bersifat horizontal dengan sesama anggota tubuh Kristus lainnya. Ada waktunya kita menikmati relasi vertikal secara personal dengan Allah. Ada saatnya juga kita mengalami persekutuan vertikal dengan Allah secara komunal. Prinsip keseimbangan antara aspek personal dan unsur komunal dalam ibadah orang percaya kepada Tuhan adalah kebenaran yang harus selalu terpelihara dengan baik. Karena ini merupakan ketentuan dan kehendak Tuhan yang menjadi patokan tentang ibadah yang berkenan bagi-Nya.

Berdasarkan penjelasan di atas, kita perlu mawas diri terhadap perilaku negatif yang disebabkan oleh pandangan yang keliru tentang ibadah online. Mungkin saja ada orang Kristen tertentu yang merasa bahwa ia sudah tidak butuh lagi untuk datang ke gereja pada saat pandemi covid 19 telah berlalu karena tetap bisa beribadah di rumah melalui kebaktian online. Mengapa perlu repot-repot pergi ke gereja untuk ikut kebaktian kalau kebaktian itu sendiri sudah hadir di rumah kita! Bisa jadi inilah alasan pragmatis yang melandasi sikap enggan terhadap ibadah on site atau tatap muka. Kita harus mengerti dengan benar bahwa ibadah online diadakan oleh gereja adalah sebagai solusi alternatif, bukan solusi substitutif dalam memenuhi tugas penggembalaan gerejawi terhadap jemaat di masa pandemi virus corona yang sangat ganas ini. Ibadah online tidak pernah dimaksudkan untuk menggantikan ibadah on site. Itu berarti, kalau keadaan sudah baik, jika pandemi covid 19 sudah hilang maka jemaat semestinya bisa kembali beribadah secara normal seperti sebelum adanya covid 19.

Karena itu, jangan biarkan semangat individualistis bertumbuh subur dan menguasai kita sehingga melahirkan sikap tidak peduli dan tidak mau datang lagi beribadah secara on site. Jika ada orang Kristen yang punya kecenderungan seperti ini, ada baiknya ia merenungkan kembali, menghayati secara serius makna keberadaan dirinya sebagai bagian dari anggota tubuh Kristus yang seharusnya dapat menikmati penyembahan secara horizontal bersama dengan umat tebusan Tuhan lainnya. Kiranya Tuhan menolong kita untuk menjadi orang Kristen yang tidak terperangkap dalam sikap keegoisan yang merugikan diri sendiri. Biarlah kita selalu ingat firman Tuhan dari Ibrani 10:25 yang mengatakan “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.”

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s