Konsep penebusan terbatas dalam doktrin keselamatan teologia reformed bukanlah suatu pandangan yang lahir dari kemampuan berteologia para teolog atau pemikir Kristen tertentu. Ada dasar-dasar teologis yang merujuk pada pengajaran Alkitab sebagai landasan bagi perumusan konsep penebusan terbatas ini. EBS Online kali ini akan membahas beberapa dasar teologis tersebut. Mari kita menyimaknya secara seksama.
Pertama, rancangan keselamatan Allah selalu bersifat efektif dan tidak mungkin digagalkan oleh manusia. Seandainya Allah bermaksud menyelamatkan seluruh orang berdosa dengan tanpa terkecuali melalui kematian Kristus, maka semua orang pasti akan diselamatkan. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa tidak semua manusia berdosa diselamatkan karena mereka yang menolak Kristus pastilah binasa. Jadi, masuk akal sekali kalau Kristus tidak mungkin mati bagi setiap orang berdosa, sebab tidak semuanya diselamatkan. Pendapat yang menyatakan bahwa Kristus mati untuk semua orang berdosa pada akhirnya akan berkonsekuensi hanya pada dua kemungkinan yaitu rencana penyelamatan Allah tidak tergenapi, dengan kata lain mengalami kegagalan total atau setiap orang akan diselamatkan. Ternyata kedua pemikiran demikian salah.
Kedua, karya penebusan Kristus di atas kayu salib selalu mengikuti rancangan keselamatan Allah Bapa. Karena objek dari kasih Allah Bapa adalah orang tertentu, khusus dan terbatas, demikian pula objek yang menerima manfaat keselamatan dari penebusan Kristus bersifat terbatas dan khusus. Yaitu hanya mereka yang diberikan Bapa kepada Kristus yang akan dibangkitkan pada akhir zaman (Yohanes 6:37,44). Karena predestinasi atau karya pemilihan Allah bersifat tertentu, terbatas dan khusus, demikian pula sifat dari penebusan Tuhan Yesus. Kasih Allah yang memilih dan penebusan oleh Kristus berjalan bersama dan ditujukan kepada orang-orang yang sama. Ada kesatuan antara Allah Bapa dan Allah Anak. Kedua doktrin ini yaitu “pemilihan yang tidak bersyarat” dan “penebusan terbatas” akan jatuh atau berdiri kokoh secara bersamaan. Tidak mungkin menerima yang satu dan menolak yang lain. Jika Allah telah memilih sebagian manusia berdosa untuk menikmati kehidupan kekal, maka jelaslah bahwa tujuan utama karya kematian dan kebangkitan Kristus adalah untuk menebus hanya mereka ini semata.
Ketiga, kalau benar bahwa Kristus mati bagi semua orang berdosa dengan tanpa terkecuali, maka secara logis ini akan berujung pada paham universalisme. Universalisme adalah suatu pandangan yang berpendapat bahwa pada akhirnya semua manusia akan diampuni dosanya dan memperoleh kehidupan kekal dari Allah. Seandainya memang pada kenyataan betul bahwa Yesus Kristus telah mati membayar lunas hukuman dosa setiap orang, tentulah konsekuensinya adalah pengampunan dan keselamatan yang akan didapatkan oleh setiap orang. Tetapi pengandaian demikian tidak benar karena Alkitab mengajarkan ada neraka sebagai tempat penghukuman bagi orang berdosa. Keberadaan neraka berarti Kristus tidak mati untuk menanggung dosa semua orang. Mereka yang tidak ditebus oleh Kristus harus menanggung penghukuman Allah sebagai akibat dari segala perbuatan dosa mereka.
Keempat, Alkitab mengajarkan dengan tegas bahwa kematian Kristus tidaklah membuat penyediaan keselamatan sebagai suatu kesempatan atau peluang yang bersifat mungkin. Melainkan sebaliknya, penebusan yang dikerjakan Tuhan Yesus betul-betul menyelamatkan. Pendapat yang mengatakan bahwa Kristus mati untuk menyediakan keselamatan yang hanya merupakan kemungkinan justru akan menimbulkan keraguan apakah benar ada orang yang diselamatkan. Jika rancangan keselamatan Allah hanya berupa kemungkinan dan bukan kenyataan, akibatnya tidak ada orang yang terjamin dan segalanya bersifat tidak pasti. Tetapi Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa kematian Kristus sungguh-sungguh menjamin keselamatan bagi umat-Nya. Keselamatan ini merupakan suatu kepastian karena penebusan Kristus bersifat terbatas, ditujukan bagi umat berdosa yang dipilih dan ditetapkan oleh Allah Bapa untuk menerima anugerah keselamatan. Bagian-bagian firman Tuhan yang menyatakan kepastian keselamatan dapat dilihat di Yohanes 5:24, Yohanes 10:27-29, Roma 5:10.
Kelima, iman yang menyelamatkan sebagai karunia dari Allah yang diberikan kepada manusia berdosa adalah berlandaskan pada finalitas karya keselamatan yang dikerjakan Yesus Kristus melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Referensi firman Tuhan tentang iman ini bisa dilihat di Kisah Para Rasul 13:48; 18:27; Efesus 2:8, Filipi 1:29. Jika karya penebusan Kristus itu memang bersifat universal dalam cakupan atau aplikasinya, sulit untuk dipahami mengapa iman tidak dianugerah bagi semua orang. Kenyataan yang terjadi adalah tidak semua orang beriman kepada Kristus. Dari realitas demikian, kesimpulan yang bisa ditarik adalah baik karya penyelamatan Kristus maupun hasil dari karya tersebut berupa penganugerahan iman pada dasarnya dirancang secara efektif hanya untuk kaum pilihan. Mereka sajalah yang mendapat manfaat yang bersifat menyelamatkan dari karya penebusan Kristus.
Sebagai orang berdosa yang telah diselamatkan melalui karya penebusan Yesus Kristus, marilah kita senantiasa hidup dalam pengucapan syukur atas anugerah yang tidak layak kita terima tersebut. Biarlah kita sebagai umat pilihan Allah selalu berusaha untuk memancarkan kehidupan yang bersifat doksologis atau memuliakan Allah.