Dalam pembahasan doktrin predestinasi yang bersifat tidak bersyarat, seringkali muncul tanggapan bahwa kedaulatan pemilihan Allah yang telah menetapkan sejumlah orang untuk menerima anugerah keselamatan membuat upaya penginjilan menjadi tidak penting. Alasan yang dikemukakan adalah kalau seseorang itu memang sudah dipilih dan ditetapkan untuk selamat, maka dalam keadaan bagaimanapun juga ia tetap akan selamat. Betulkah pendapat demikian? Satu hal yang perlu ditegaskan adalah bahwa opini seperti ini sama sekali tidak benar karena Alkitab tidak pernah mempertentangkan antara karya pemilihan Allah dengan usaha penginjilan. Sebaliknya justru kegiatan penginjilan merupakan cara yang dipakai Allah untuk melakukan panggilan efektif bagi manusia berdosa agar mereka dapat mengenal keberdosaannya dan tergerak untuk datang menerima anugerah keselamatan yang telah disediakan secara cuma-cuma melalui Yesus Kristus.
Dalam surat Roma 10:13-15, rasul Paulus menulis seperti ini, “Sebab, barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!” Dari pemaparan Paulus yang mengajukan berbagai pertanyaan krusial ini, kita mengetahui dengan pasti tentang realitas pentingnya manusia berdosa mendengarkan berita Injil. Mengapa demikian? “Karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:16-17). Injil bisa menjadi kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia karena Injil memuat berita pengampunan dosa yang berlandaskan pada karya penebusan Yesus Kristus yang rela menanggung hukuman dosa manusia. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus semata maka keselamatan telah tersedia bagi mereka yang mau percaya. Fokus Injil yang bersifat kristosenteris atau terpusat pada Kristus inilah yang menentukan keefektifannya sebagai sarana bagi penyelamatan manusia berdosa.
Hal lain yang perlu kita perhatikan ialah ada suatu hubungan yang tidak terpisahkan antara Injil dengan iman. Mengapa seperti itu? Sebab firman Tuhan mengatakan “iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17). Iman yang benar harus senantiasa bersandarkan pada kebenaran isi berita Injil yang benar juga. Sebab melalui pendengaran akan berita Injil yang benar, barulah manusia berkemungkinan untuk bisa percaya kepada Kristus sebagai Juruselamatnya. Dengan kata lain, tanpa pemberitaan Injil, maka tidak ada orang yang punya kesempatan untuk mendengar berita sukacita tentang pengampunan dosa. Tanpa upaya penginjilan, maka tidak akan timbul respon berupa sikap percaya pada berita Injil yang menyelamatkan tersebut. Iman yang benar tidak dibangun di atas landasan mujizat. Iman yang benar harus ditopang oleh fondasi yang kokoh yaitu firman Tuhan semata.
Dengan memahami kebenaran-kebenaran yang sudah dijelas ini, maka kita dapat mengatakan bahwa pemberitaan Injil sangat penting dalam rancangan keselamatan Allah. Karya pemilihan Allah dapat direalisasikan justru melalui berita penebusan Kristus. Salib dan kubur kosong adalah intisari dari Injil sebagai khabar baik tentang karya penyelamatan Allah yang begitu mulia. Allah yang kita percaya adalah pribadi yang mahabijak dan mempunyai perencanaan yang bersifat komprehensif. Dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa Allah bukan hanya menetapkan akhir atau target yaitu keselamatan bagi orang pilihan-Nya. Melainkan Allah juga telah menetapkan sarana untuk mencapai tujuan itu. Allah dalam hikmat-Nya yang tidak terselami telah memilih kebodohan pemberitaan Injil untuk menggenapi tujuan karya penebusan-Nya. Berdasarkan kenyataan demikian, maka sebenarnya doktrin pemilihan atau predestinasi tidak pernah meniadakan tugas pemberitaan Injil. Justru predestinasi mengharuskan dan membutuhkan sarana pemberitaan Injil supaya “semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya” (Kisah Para Rasul 13:48).
Akhir kata, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa pendapat yang menyatakan doktrin pemilihan membuat penginjilan tidak relevan jelas merupakan suatu opini yang harus ditolak karena pendapat ini bersifat tidak alkitabiah.