Seserius Apa Dosa Itu?

Pernah tidak kita berpikir tentang seberapa seriuskah dosa manusia itu? Apakah betul bahwa dosa itu benar-benar sesuatu yang dahsyat? Jawaban yang tepat untuk pertanyaan ini pastilah sangat berpengaruh terhadap urusan kebutuhan manusia akan keselamatan. Kesadaran tentang keseriusan dan kedahsyatan dosa sudah seharusnya membuat manusia juga perlu bersikap kritis terhadap berbagai jawaban yang diberikan untuk menyelesaikan permasalahan dosa. Karena nasib kekal kita sangat ditentukan oleh pilihan jalan keselamatan yang kita anut dan yakini.

Berkaitan dengan persoalan dosa manusia, teologia liberal menyangkali adanya dosa asal (original sin). Teologia ini berpandangan bahwa manusia dilahirkan dengan natur yang baik. Jika seorang melakukan perbuatan yang salah dan hal-hal berdosa, itu lebih disebabkan oleh lingkungan hidup yang tidak kondusif. Segala perbuatan dan tingkah laku buruk manusia dapat diatasi melalui pendidikan moral yang intensif dan upaya-upaya manusiawi lainnya yang persuasif, seperti terapi psikologis, pelatihan sosial, peningkatan kualitas hidup, dan lain lain-nya. Di samping itu, pada umumnya pandangan agamawi berkeyakinan bahwa masalah dosa manusia dapat diselesaikan dengan perbuatan baik, kesalehan hidup dan jiwa yang beribadah. Keberadaan kekal manusia, entah di surga mulia atau di neraka jahanam, diputuskan berdasarkan hukum tabur-tuai. Banyak menabur kebaikan, menjalani hidup dalam ketaatan pada perintah Allah yang diajarkan agama akan memberikan modal rohani yang berbobot untuk mengalahkan beratnya dosa tatkala ditimbang oleh neraca ilahi pada akhir zaman. Sebaliknya, jika orang menabur segala hal yang tidak benar, buruk, jahat dan berdosa, tentulah dia akan menuai penghukuman abadi di alam baka sana.    

Apa titik temu pemikiran teologia liberal dan kepercayaan agamawi di atas? Dua-duanya berpijak pada asumsi yang sama yaitu manusia pada dirinya sendiri mampu membereskan problema dosa berdasarkan kekuatan moralitas dan kehidupan religiusnya. Etika dan praktek keagamaan menjadi jawaban yang menyediakan jalan keluar bagi permasalahan dosa manusia. Nyata sekali bahwa ini adalah penyelesaian yang bersifat antroposentris karena diri manusialah yang menjadi sumber solusinya. Selama solusi antroposentris diyakini mampu memberantas persoalan dosa, tidaklah keliru bila ada orang yang mengatakan bahwa sebetulnya dosa itu tidak terlalu serius. Sepanjang perkara dosa dapat dituntaskan oleh hikmat manusia, bukankah itu berarti, sebenarnya masalah ini masih dapat dikendalikan. Dan sesuatu yang bisa dikendalikan dan diatasi oleh kemampuan alami manusia, mengapa perlu dianggap hal yang amat serius?

Kekristenan yang berlandaskan pada pengajaran Alkitab menekankan bahwa dosa itu sangat serius adanya. Firman Tuhan menyatakan bahwa urusan keberdosaan manusia hanya dapat dituntaskan oleh intervensi Allah semata. Satu-satunya jalan penyelesaian bagi dosa manusia adalah realitas kematian Allah melalui pribadi Kristus. Tuhan Yesus menegaskan, “Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 10:45). Rasul Paulus menuliskan bahwa “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah” (2 Korintus 5:21). Penulis surat Ibrani mengatakan “Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia” (Ibrani 9:28). Keselamatan manusia berdosa terjadi karena ada karya penebusan Kristus. Yesus menebus dan menggantikan kita bukan dengan barang fana, bukan pula dengan perak atau emas. Melainkan dengan darah-Nya yang mahal, darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Petrus 1:18-19). Dari beberapa ayat firman Tuhan ini, kita dapat melihat dengan jelas bahwa keberdosaan manusia mengharuskan adanya korban. Tidak ada pengampunan dosa dan keselamatan tanpa pribadi ilahi yang meregang nyawa di atas salib. Dan Allah sendiri yang menjadi korbannya melalui Kristus.

Jika dosa manusia menuntut kematian Allah sebagai solusinya, bila dosa mengharuskan penumpahan darah dari pribadi yang tidak bercacat cela, maka kenyataan demikian membuktikan betapa dahsyat dan seriusnya dosa itu. Jawaban teosentris terhadap masalah dosa menunjukkan bahwa jalan keluar antroposentris melalui agama dan etika sama sekali tidak cukup dan tidak memadai. Solusi antroposentris bersifat semu. Dan ke-semu-annya hanya akan terlihat jelas bila dipandang dari terang Injil Yesus Kristus.

Keseriusan dosa manusia menunjukkan bahwa hal yang sangat dibutuhkan orang berdosa adalah pertolongan dari luar dirinya, dari luar dunia ini supaya dapat terbebas dari hukuman abadi berupa kematian kekal. Hanya berdasarkan anugerah ilahi yang Allah sudah nyatakan melalui karya pendamaian Anak-Nya semata, yang dapat menjadi jawaban bagi keselamatan manusia berdosa. Kematian dan kebangkitan Kristus adalah solusi yang serius terhadap persoalan dosa yang serius. Semoga kita semua dapat mengamini dan mengimani kebenaran penting ini.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s