Alkitab menunjukkan secara gamblang bahwa peristiwa kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa adalah perkara yang serius. Berbagai konsekuensi tragis yang ditimbulkan oleh realitas keberdosaan manusia dengan sendirinya sudah menyatakan tentang keseriusan akan kehadiran dosa. Setidaknya ada 7 akibat yang muncul sebagai dampak dari kejatuhan Adam dan Hawa.
Pertama, secara rohani Adam dan Hawa sudah mengalami keterpisahanan relasi
dengan Allah yang mahakudus. Keterputusan secara relasional dengan Allah sumber kehidupan inilah yang disebut sebagai kematian rohani. Sesuai dengan firman Tuhan bahwa pada saat memakan buah terlarang itu mereka pasti mati, maka kematian secara rohanilah yang langsung dialami oleh Adam dan Hawa. Segenap umat manusia sebagai keturunan dari mereka berdua tidak dapat mengelakkan diri dari kenyataan kematian rohani ini. Setiap orang yang lahir sudah berstatus sebagai pribadi berdosa dan secara otomatis tidak mempunyai kehidupan rohani dihadapan Tuhan.
Kedua, secara moral Adam dan Hawa berada pada posisi bersalah karena telah memberontak terhadap Allah dengan melanggar hukum-Nya. Status bersalah ini menyebabkan mereka layak menerima penghukuman yang adil dan benar. Allah tidak pernah membebaskan Adam dan Hawa yang bersalah melainkan menuntut keduanya untuk bertanggung-jawab atas dosa mereka. Terhadap keberdosaan manusia, keadilan Allah harus dijalankan dan kekudusan Allah harus dinyatakan. Sebab itu, tidak ada dosa yang tidak dihukum, tidak ada pelanggaran yang dibiarkan oleh Allah. Manusia berdosa tidak bisa bermain-main dengan Allah Sang pemberi hukum dan hakim yang adil. Kita semua yang adalah kaum keturunan Adam dan Hawa dengan sendirinya juga mewarisi status sebagai orang yang bersalah di hadapan Tuhan sehingga patut dihukum.
Ketiga, secara relasi sosial Adam dan Hawa mengalami keretakan dalam kehidupannya. Hawa menjadi objek yang disalahkan Adam. Kain iri hati pada Habel dan membunuhnya (Kejadian 3:11-12; 4:1-8). Inilah akibat kejatuhan ke dalam dosa. Keberdosaan manusia bukan hanya merusak hubungan secara vertikal dengan Tuhan Allah melainkan pasti juga berdampak terhadap hubungan secara horizontal dengan sesama manusia lainnya. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Prinsip kesejajaran demikian juga berlaku untuk hukum kasih. Kita tidak dapat mengasihi Tuhan Allah tanpa sekaligus mengasihi sesama manusia seperti yang ditekankan Tuhan Yesus dalam Matius 22:37-40.
Keempat, secara lahiriah Adam dan Hawa tidak bisa terluput dari hukuman kematian jasmaniah. Keberdosaan keduanya telah membawa kefanaan bagi mereka dan segenap keturunannya. Kebenaran ini tertulis dalam surat Roma 5:12 yang berkata “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Ketika manusia mengalami kematian secara lahiriah, itu menandakan bahwa ia adalah orang berdosa yang menerima akibat keberdosaannya. Karena “upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Jika tidak ada kelahiran baru yang bersifat rohani, maka kematian jasmani akan mengantarkan orang berdosa untuk mengalami kematian kekal, yaitu penghukuman selamanya dalam neraka.
Kelima, hukuman terhadap keberdosaan Adam dan Hawa juga bersifat personal. Bagi Hawa, ia akan mengalami kesusahan ketika mengandung dan kesakitan saat melahirkan anak-anaknya (Kejadian 3:16). Sedangkan untuk Adam, ia akan menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan dalam upaya mencari rezeki untuk menafkahi kehidupan keluarganya (Kejadian 3:17-19). Segenap kaum keturunannya juga menanggung kutukan seperti ini.
Keenam, secara ekologis atau lingkungan hidup pemberontakan yang terjadi di taman Eden ternyata tidak hanya mendatangkan penghukuman bagi Adam dan Hawa saja. Bumi pun tidak terhindar dari dampak penghukuman tersebut. Semak duri dan rumput duri dihasilkan oleh bumi sebagai akibat dari keberdosaan Adam dan Hawa (Kejadian 3:18). Seluruh karya ciptaan Tuhan, baik alam semesta maupun ciptaan lainnya juga sedang menanggung konsekuensi dari pelanggaran keduanya (Roma 8:20-23).
Ketujuh, akibat lain kejatuhan Adam dan Hawa adalah mereka berada dalam kondisi tercemar secara menyeluruh (total depravity). Mulai dari tatanan internal berupa hati, pikiran, perasaan dan kehendak hingga ke sikap dan perilaku secara
eksternal, semuanya telah berada di bawah kuasa dan pengaruh dosa. Sebab
itu, tanpa inisiatif dan anugerah Allah, mereka tidak mau mencari dan datang
kepada Allah. Sungguh ironis, ternyata bukan Adam dan Hawa yang mencari
Tuhan melainkan sebaliknya Tuhanlah yang datang mencari mereka (Kejadian 3:8-9). Pemaparan di atas memperlihatkan bahwa dosa adalah suatu prinsip dan kekuatan
jahat yang menyengsarakan dan menghancurkan manusia dan ciptaan lainnya. Tidak ada kebaikan dan keuntungan yang bisa diperoleh dari dosa. Solusi manusiawi sama sekali tidak mungkin dapat menyelesaikan persoalan dosa. Hanya Allah yang sanggup membereskan urusan dosa dan Ia sudah melakukannya melalui salib dan kubur kosong Yesus Kristus.