Di tayangan EBS online yang lalu, kita sudah belajar tentang dua hal yang menandai keberdosaan manusia yaitu bahwa ini merupakan realitas ketercemaran yang bersifat historis dan bersifat universal. Di samping kedua karakteristik tersebut, kita perlu mengetahui aspek ketiga, yaitu keberdosaan manusia adalah realitas yang bersifat total. Dosa telah menimbulkan dampak yang merusak dan membuat manusia menjadi bobrok secara total. Kenyataan ini sesuai dengan arti dari huruf “T” pada istilah TULIP yang menyatakan “total depravity” atau kerusakan dan kebobrokan secara keseluruhan pada diri kita yang berdosa.
Ungkapan kebobrokan atau kerusakan total bertujuan untuk mengajarkan poin-poin penting berikut ini. Pertama, dampak destruktif dari dosa telah mencemari segala aspek keberadaan manusia. Tidak ada satu bagian pun pada diri manusia yang luput dari pencemaran dosa. Mulai dari tatanan internal diri kita yang terdiri dari hati, pikiran, perasaan, kehendak, serta keinginan hingga ke perwujudan eksternal melalui sikap, perkataan, perilaku dan perbuatannya. Kebobrokan manusia berada pada pusat keberadaannya yaitu dari dalam hati, sebab itu dapat menodai segala bagian dan semua aspek dari eksistensi dirinya. Tuhan Yesus mengatakan, “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Markus 7:20-23).
Kedua, kebobrokan total dengan sendirinya mengakibatkan ketidak-mampuan total secara rohani pada manusia berdosa untuk menjadi orang yang benar dan diperkenan oleh Allah. Firman Tuhan menegaskan, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak” (Roma 3:10). Karena itu, orang yang belum dilahirkan kembali secara rohani oleh Roh Kudus tidak dapat melakukan hal-hal yang memenuhi tuntutan kekudusan hukum Allah sehingga menjadi berkenan bagi Allah. Dosa telah merusak relasi manusia dengan Allah yang mahakudus. Segala perbuatan kebaikan yang manusia lakukan bisa jadi punya nilai kebaikan secara moral, sosial dan etika. Namun semua itu masih jauh dari standar Allah yang menetapkan kesempurnaan sebagai patokan tertinggi. Manusia berdosa jelas tidak mungkin bisa memenuhi tuntutan kesempurnaan demikian. Karena itu, segala kebaikan dan kesalehannya tidaklah dapat diterima Allah sebagai landasan untuk mempunyai relasi yang harmonis dengan-Nya.
Nabi Yesaya memperlihatkan keadaan manusia berdosa di hadapan Allah yang mahasuci. Dalam pasal 64:6 ia mengatakan “Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.” Bukan hanya kesalehan kita, tetapi juga segala hal-hal rohani lainnya seperti kebaikan, kebenaran, kasih, keadilan dan lain sebagainya adalah seperti kain kotor di mata Tuhan. Itulah sebabnya, sebagai manusia berdosa, tidak ada seorang pun yang dapat membenarkan dirinya ketika berhadapan dengan hukum moral Allah. Semua upaya manusiawi berupa perbuatan baik, kesalehan diri dan amal-ibadah, tidaklah mungkin dapat mendamaikan diri kita yang sudah rusak dan tercemar dosa ini dengan Allah yang kudus, adil, benar dan mulia. Dengan kata lain kebobrokan total sebagai konsekuensi dari keberdosaan manusia telah menutup secara final kemungkinan untuk terjadinya keselamatan yang berlandaskan pada kemampuan dan kebenaran yang berpusat pada diri manusia. Sama sekali tidak ada peluang di mana orang berdosa yang berstatus sebagai hamba dosa, dibelenggu maut dan kuasa kegelapan dapat membebaskan dirinya dari kondisi demikian.
Ketiga, kebobrokan total mengharuskan kita untuk menerima realitas kematian rohani manusia berdosa. Menurut Paulus, dalam keberdosaannya manusia itu telah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya (Efesus 2:1). Di mana ada dosa, di sana ditemukan kematian dan kerusakan. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Kematian rohani ditentukan oleh natur manusia yang sudah mewarisi dosa asal. Dengan demikian, kerusakan total atau kebobrokan menyeluruh adalah konsekuensi logis yang terjadi karena orang berdosa mengalami kematian rohani. Ia menanggung akibat dari terputusnya relasi dan persekutuannya dengan Allah yang hidup. Keterpisahan dengan Allah memang selalu menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia yang pada mulanya diciptakan untuk menikmati kehadiran Pencipta-Nya. Kesimpulan dari pembahasan ini adalah pengajaran Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa kerusakan total yang disebabkan oleh dosa telah mengakibatkan manusia menjadi pribadi yang tidak dapat menolong dan menyelamatkan dirinya sendiri. Dalam keberdosaannya manusia adalah makhluk yang tanpa pengharapan jika tidak ada anugerah Tuhan yang menghidupkannya dari kematian rohani.