2020 adalah tahun malapetaka. Virus covid 19 menyerang secara global. Hampir tidak ada negara di dunia ini yang tidak terkena dampaknya. Banyak sekali kegiatan usaha dalam bidang perekonomian yang mengalami kondisi terpuruk. Perdagangan, perindustrian, pariwisata, bisnis makanan-minuman, perhotelan dan lain-lainnya harus menghadapi kenyataan sulit dan penuh dengan pergumulan berat dalam menghadapi imbas yang sangat merugikan, karena merebaknya kehadiran virus mematikan ini. Betapa tidak berdayanya umat manusia ketika berhadapan dengan musuh yang tidak terlihat ini. Sudah ada ratusan ribu nyawa manusia yang terenggut akibat keganasan serangan covid 19. Kehidupan kita terancam, pergerakan kita terbatas, kenyamanan terganggu, kesehatan tidak terjamin. Ketakutan, kekuatiran, rasa serba tidak pasti, kecemasan adalah hal-hal yang mengiringi perjalanan kita melewati tahun 2020 ini. Kita tidak tahu sampai kapan masalah virus covid ini akan berakhir. Dan sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 2020 serta menyambut tahun 2021. Tentunya semua orang berharap bahwa tahun mendatang akan lebih baik.
Berbagai kondisi dan konsekuensi yang kita hadapi di tengah dahsyatnya pandemi covid 19 memberikan gambaran tentang kerapuhan hidup manusia. Setidaknya ada tiga karakteristik yang menandai kehidupan kita di dalam dunia ini. Pertama, ada unsur ketidak-dapat-dikendalikan (un-controllability) yang melekat pada kehidupan manusia. Banyak perkara yang berada di luar jangkauan kemampuan kita untuk menguasainya atau mengendalikannya. Bencana, kecelakaan, sakit-penyakit dan kematian adalah kenyataan yang dapat melumpuhkan dan membuat manusia tidak berdaya tatkala harus berhadapan dengannya. Hal-hal yang tidak dapat dikendalikan dengan sendirinya akan menimbulkan akibat-akibat yang juga tidak dapat dikuasai sepenuhnya oleh kita. Realitas demikian sudah seharusnya menyadarkan kita semua untuk tidak melihat manusia sebagai sosok yang hebat, kuat dan serba kompeten dalam menjalani kehidupan ini. Aspek ketidak-dapat-dikendalikan memperlihatkan bahwa sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang terbatas, lemah dan rapuh adanya.
Kedua, ada unsur ketidak-dapat-diprakirakan (un-predictability) yang berpaut-erat dengan kehidupan manusia. Siapa yang menyangka bahwa 2020 merupakan tahun yang dikuasai oleh virus maut. Tiba-tiba saja covid 19 sudah di depan mata dan menyebar ke mana-mana. Tidak ada negara yang tangguh dan siap sedia dalam berhadapan dengan bencana medis ini. Sesuatu yang tidak-dapat-diprediksikan selalu menimbulkan keterkejutan dan ketidak-siapan dalam menanggulanginya dampak negatifnya. Tidak terhitung banyaknya pengalaman manusia yang menyaksikan bahwa terjadinya satu peristiwa yang tak terduga telah mengacaukan seluruh agenda hidupnya yang sebelumnya sudah tersusun rapih. Rencana berwisata terpaksa harus dibatalkan. Tabungan untuk membeli rumah mewah menjadi tergerus karena harus dialokasikan untuk biaya pengobatan. Dan masih banyak lagi contoh di mana peristiwa buruk yang tidak terprediksikan tersebut seringkali mengoncangkan dan mengacaukan hidup manusia baik secara psikologis maupun dalam urusan finansial.
Ketiga, ada unsur ketidak-pastian (uncertainty) yang selalu mengikuti perjalanan hidup manusia. Jika hidup ini tidak dapat dikuasai dan tidak mungkin dikendalikan sepenuhnya oleh manusia, bila banyak kejadian dalam hidup ini yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya, maka jelaslah bahwa kehidupan dalam dunia ini merupakan suatu realitas yang dicirikan oleh ketidak-pastian. Tidak ada kepastiannya bahwa kita yang sehat pada hari ini akan terus sehat pada hari esok, tetap bugar di bulan atau tahun mendatang. Tidak ada jaminan bahwa di tahun 2021 virus covid 19 akan lenyap dan musnah dari tengah-tengah kita. Ketidak-dapat-dikendalikan ditambah dengan ketidak-dapat-diprakirakan secara otomatis akan memunculkan ketidak-pastian. Tidak ada yang terjamin dan pasti dalam kehidupan manusia. Sadarkah kita akan hal ini?
Seperti sebuah gelas kaca yang indah namun mudah sekali retak dan pecah, demikianlah ilustrasinya tentang kerapuhan hidup kita di dunia yang berdosa ini. Kesadaran tentang kebenaran ini semestinya membuat setiap orang untuk tidak mengandalkan dirinya sendiri, tidak bersandar pada pengalaman dan kemampuannya, tidak mengantungkan hidupnya pada kemapanan keuangannya. Telah terbukti bahwa semuanya ini tidak ada apa-apanya ketika berhadapan dengan virus mematikan tersebut. Kita perlu secara serius mencari pusat sandaran di luar diri kita. Supaya tatkala kehidupan ini dilanda dan diterjang oleh hal-hal yang bersifat tidak dapat dikendalikan, tidak dapat diprediksikan dan tidak pasti, maka jiwa kita tidak terombang-ambing kehilangan pegangan. Dalam Alkitab ada banyak ungkapan yang menggambarkan Allah seperti gunung batu yang kokoh. Misalnya di Mazmur 18:3 Daud mengatakan, “Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” Dalam perjalanan hidup Daud, ia sudah bergaul dan mengalami kehadiran Tuhan sesuai dengan sebutan-sebutannya tersebut. Mazmur 18:3 menunjukkan bahwa Tuhan adalah pribadi yang tepat di mana kita dapat bersandar, berharap, berlindung dan berteduh dalam naungan kasih-Nya. Di tengah kerapuhan hidup ini di mana kita segera akan memasuki tahun 2021, adalah suatu tindakan yang sangat tepat dan rasional bila kita yang tidak tahu apa yang akan terjadi di tahun mendatang, mengambil sikap menyerahkan hidup kita sepenuhnya dalam kuasa pimpinan Tuhan. Kiranya melalui pemeliharaan Tuhan yang ajaib, kita bisa terus mengalami penyertaan dan anugerah-Nya yang memampukan kita untuk tetap beriman teguh dan memiliki kesetiaan yang teruji tatkala melewati kehidupan yang rapuh ini. Selamat tahun baru 2021. Tuhan melindungi kita semua.