Apakah Berdoa Itu Hanya Urusan Meminta? Part 2

Pada bagian pertama dari sesi pelajaran ini, kita sudah membahas 2 unsur penting dalam berdoa yaitu Pengagungan dan Pengakuan. Di pelajaran sekarang ini, kita akan menjelaskan 2 unsur lain yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari berdoa. Berdoa yang benar harus mencakup kedua poin berikut ini, yaitu:

Pengucapan Syukur sebagai unsur Ketiga. Di dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa urusan mengucap syukur adalah hal yang dikehendaki Allah. Ini jelas dikatakan oleh rasul Paulus dalam 1 Tesalonika 5:18 di mana ia menulis seperti ini, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” Di Injil Lukas 17:17-18, pertanyaan retoris yang dilontarkan Tuhan Yesus ketika Ia berkata “Bukankah kesepuluh orang (kusta) tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?”; Ungkapan ini dengan kuat mengindikasikan bahwa Yesus Kristus juga sangat peduli terhadap sikap bersyukur. Pada saat kita mengucap syukur kepada Tuhan melalui doa-doa kita, itu menandakan bahwa kita memiliki hati yang responsif kepada Allah. Kita sadar dan mengamini kebenaran bahwa Allah adalah sumber segala kebaikan, berkat dan anugerah di dalam dunia ini dan di dalam hidup kita. Pengucapan syukur juga merupakan tanda nyata bahwa kita tidak melupakan Tuhan sang pemberi berkat tatkala segala berkat-Nya sudah dialami dan dinikmati oleh kita. Sebagai orang percaya, kita tidak boleh memelihara kebiasaan buruk berupa perilaku “amnesia rohani.” Yaitu saat susah, dilanda masalah, ditimpa kesulitan dan dihimpit oleh beban kehidupan, tiba-tiba secara otomatis kita ingat Tuhan, datang dan berdoa meminta belas kasihan serta pertolongan-Nya. Tetapi, begitu keadaan hidup kita sudah baik, usaha berjalan lancar, urusan hidup kita semuanya beres, maka Tuhan pun sudah tidak ada lagi dalam agenda kebutuhan kita. Ia sudah tersingkirkan dan terlupakan. Tatkala kita membiasakan diri untuk senantiasa bersyukur kepada Tuhan dalam doa, hal yang baik ini akan sangat menolong kita untuk tidak terjerumus ke dalam perilaku “amnesia rohani” tersebut. Selanjutnya, kita perlu tahu bahwa pengucapan syukur kepada Tuhan itu meliputi segala hal. Mulai dari urusan yang sederhana dan alamiah (seperti udara yg dihirup dgn bebas, istirahat malam yang baik, selera makan, kesehatan, pergantian musim, bakat, prestasi dll) sampai pada perkara yang sempurna dan supra-alamiah (misalnya ada jaminan kepastian keselamatan, pemeliharan Allah yang tidak pernah salah, mujizat kesembuhan, dll). Di samping itu, bersyukur juga merupakan sikap rohani yang mengimani kebenaran bahwasanya Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28). Apakah aspek pengucapan syukur ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari setiap doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan? Marilah kita belajar untuk tidak pernah lupa bersyukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan dan memelihara kehidupan kita di setiap waktu.

Keempat, Unsur Permohonan. Bagi kita sebagai orang percaya, kita harus hidup berdasarkan prinsip teologis yang menyatakan bahwa tidak ada sumber lain yang kepada-Nya kita harus datang untuk memohon kecuali hanya kepada Allah saja. Dalam Alkitab, Allah menyatakan diri sebagai pribadi yang mengerti dan peduli pada kita. Ia mengerti untuk peduli dan peduli karena mengerti (Ibr. 4:15-16). Sebab itu, di tengah keterbatasan dan kelemahan kita sebagai manusia, adalah hal yang sangat tepat bila kita datang kepada Tuhan melalui doa untuk menaikkan berbagai permohonan kita kepada-Nya. Paulus mengatakan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). Kata permohonan dalam Kitab Suci menggambarkan suatu semangat yang penuh dengan kesungguhan dan keseriusan sertai ditandai dengan posisi tubuh yang berlutut dan menundukkan diri di hadapan Tuhan (Bisa dilihat di 1 Raj. 8:54). Permohonan berarti kita mau tunduk pada kedaulatan Allah, bersedia untuk taat pada kehendak-Nya dan sungguh-sungguh mencari perkenanan-Nya. Dengan kata lain, ketika kita memohon kepada Tuhan, kita harus berdoa berdasarkan pemahaman bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik. Karena itu, bukan kehendak kita yang terjadi melainkan “Jadilah kehendak-Mu” seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus di Doa Bapa Kami (Mat. 6:10).

Bapak, Ibu dan Sdr-sdr yang dikasihi Tuhan, dengan berpedoman pada penjelasan tentang keempat unsur ini yaitu “Pengagungan, Pengakuan, Pengucapan Syukur dan Permohonan”, maka jelaslah terlihat bahwa berdoa itu tidak melulu berkaitan dengan perihal meminta. Ada hal-hal lainnya yang juga sangat penting sebagai bagian dari doa. Jadi, berdoa tidak identik dengan hanya meminta karena ternyata meminta itu hanyalah salah satu unsur saja dalam berdoa.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s