Apakah Berdoa Itu Hanya Urusan Meminta? Part 1

Pada kesempatan ini, kita akan kembali belajar kebenaran firman Tuhan. Dan topik pembicaraan kita adalah tentang “Apakah Isi Doa itu Hanya Urusan Meminta”? Pada umumnya, meminta kepada Tuhan merupakan hal yang sangat biasa dilakukan oleh orang Kristen dalam doa-doanya. Bahkan tanpa disadari, daftar permintaan yang dipanjatkan tersebut bisa begitu panjang, sampai tidak ada habisnya.

Dan yang lebih menyedihkan lagi, ternyata semua hal yang diminta kepada Tuhan itu hanyalah yang bersangkut paut dengan kepentingan diri sendiri. Dari sikap berdoa demikian ini, timbul pertanyaan penting yaitu, apakah benar bahwa berdoa itu hanya terkait dengan kebutuhan untuk meminta saja? Betulkah berdoa itu identik dengan pengajuan permintaan belaka?

Untuk memahami konsep berdoa yang benar, kita perlu memperhatikan empat unsur penting yang menjadi dasar dari sikap berdoa yang sesuai dengan pengajaran Alkitab. Supaya kita mudah mengingatnya, ke empat unsur tersebut dikenal dalam bahasa Inggris dengan singkatan “ACTS” yaitu “Adoration, Confession, Thanksgiving, Supplication.” Atau “4 P” dalam bahasa Indonesia, yaitu “Pengagungan, Pengakuan, Pengucapan Syukur atau Bersyukur dan Permohonan.

Untuk lebih mengerti apa itu unsur “ACTS” atau “4 P” yang disebutkan tadi, mari kita simak penjelasan berikut ini.

Pertama, Pengagungan. Pengagungan merupakan sikap hati yang mengagumi akan keagungan dan kebesaran Tuhan. Ketika kita berdoa kepada Tuhan, tentulah kita mengenal siapakah Tuhan yang dengan-Nya kita bergaul. Tuhan adalah pencipta, penyelamat dan pemelihara kehidupan kita. Selaku orang percaya yang sudah mengalami karya-karya Allah yang luar biasa dalam hidup kita, sudah sewajarnyalah kita memiliki sikap hati yang terus memposisikan Allah sebagai pribadi ilahi yang teragung, termulia, tertinggi, terutama dalam hidup kita. Unsur pengagungan terhadap Allah melalui doa mengingatkan kita untuk senantiasa memberikan penghormatan dan penyembahan dari lubuk hati kita yang terdalam kepada Allah. Kita bisa menaikkan pujian kepada Allah dalam doa-doa kita sebagai bentuk kekaguman kita tentang pribadi dan karakter-Nya. Dalam Kitab Mazmur, kita melihat banyak contoh di mana Pemazmur mengagungkan dan mengagumi Allah ketika sedang menyembah Dia. Salah satu contoh, misalnya ada di Mazmur 96:4-6 yang berbunyi demikian, “TUHAN maha besar dan terpuji sangat, Ia lebih dahsyat dari pada segala allah. Sebab segala allah bangsa-bangsa adalah hampa, tetapi Tuhanlah yang menjadikan langit. Keagungan dan semarak ada di hadapan-Nya, kekuatan dan kehormatan ada di tempat kudus-Nya.” Unsur pengagungan terhadap Allah ini tidak berarti bahwa Allah haus pujian dari umat-Nya. Juga tidak berarti bahwa Allah kurang agung dan mulia sehingga perlu terus menerus diagungkan dalam doa-doa kita. Allah pada diri-Nya sendiri sudah sempurna, mulia, agung, dahsyat, dan kudus adanya. Dia tidak akan menjadi lebih atau kurang dari hal-hal demikian karena respon manusia terhadap-Nya. Dengan demikian, penyembahan dan pengagungan serta pujian kita kepada-Nya melalui doa sama sekali bukan untuk membuat-Nya lebih mulia. Tetapi hanya merupakan suatu pengakuan kita tentang realitas kebenaran diri Allah bahwa Dia memang adalah pribadi yang mahamulia, mahatinggi, mahasempurna, sungguh agung melampaui segala sesuatu. Apakah dalam doa-doa kita, ada unsur pertama yang penting ini?

Kedua, Pengakuan. Pada unsur pertama yaitu “Pengagungan” di atas, fokusnya bersifat vertikal yaitu tertuju pada keagungan dan kemuliaan diri Allah. Sedangkan untuk aspek “Pengakuan” ini lebih berhubungan dengan pengenalan akan diri kita sendiri di hadapan Allah yang mahakudus dan mahatahu. Dalam doa kita, harus ada unsur di mana kita mempersilahkan Allah untuk menyelidiki seantero keberadaan diri kita. Kita perlu menyadari apakah ada dosa dan kelemahan tertentu yang menghalangi persekutuan kita dengan Allah. Aspek pengakuan dosa ini menunjukkan bahwa sekalipun kita adalah orang yang sudah diselamatkan oleh anugerah Allah, namun jelaslah kita bukanlah orang sempurna, yang sudah bebas dari pada segala dosa dan kesalahan. Realitas perjalanan iman menyingkapkan bahwa kita tidak kebal terhadap beragam pencobaan dan hal-hal yang bersifat duniawi. Karena itu, melalui aspek pengakuan ini sangatlah perlu bagi kita untuk memeriksa segala kelemahan yang masih ada. Mengakui dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat, baik itu secara disengaja maupun tidak disengaja, baik yang ada di dalam pikiran, perasaan, kehendak, perkataan, maupun perbuatan kita. Dan memohonkan anugerah pengampunan dari Tuhan. Pengakuan dosa yang tulus dan serius pasti akan diresponi dengan pengampunan sesuai dengan janji dari firman-Nya bahwa “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yoh. 1:9). Kejujuran dan kesungguhan pengakuan dosa kita di hadapan Allah harus dapat dibuktikan lewat komitmen untuk hidup dalam pertobatan dan belajar mentaati kebenaran firman Tuhan.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s