Pada umumnya kita sering mendengar doa yang diakhiri dengan kalimat “di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.” Apa kepentingannya menyebutkan kata-kata seperti itu? Tidak jarang banyak orang Kristen yang kurang memahami mengapa doa perlu ditutup dengan ungkapan demikian. Dalam pelajaran EBS kali ini, kita akan meninjau apa sebenarnya signifikansi atau arti penting di balik kalimat yang kerapkali hanya menjadi susunan kata-kata ritual tanpa mengerti makna spiritualnya. Ada beberapa poin penting yang perlu kita simak berikut ini.
Pertama, ada bagian-bagian Alkitab yang secara spesifik menyebutkan di mana Tuhan Yesus meminta para murid-Nya untuk meminta atau berdoa di dalam nama-Nya. Ini bisa dilihat dalam Injil Yohanes 14:13–14, 15:16, 16:23–24. Jadi, ketika kita menaikkan seruan doa lalu diakhiri dengan pernyataan “di dalam nama Tuhan Yesus” ini jelas bukan ungkapan hiasan yang memperindah doa. Melainkan pada dasarnya kita melakukan itu sebagai suatu bentuk ketaatan terhadap apa yang dikehendaki Kristus.
Kedua, ada makna teologis mendasar yang melandasi pemakaian kalimat “di dalam nama Tuhan Yesus.” Alkitab secara tegas menyingkapkan bahwa hanya ada satu-satunya pengantara atau mediator antara Allah mahakudus dengan manusia yaitu Yesus Kristus. Paulus mengatakan, “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Tim. 2:5). Yohanes juga menyatakan hal yang sama, “jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil” (1 Yoh. 2:1). Kedua ayat dari Paulus dan Yohanes ini merupakan implikasi dari perkataan Kristus sendiri yang bersabda, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6).
Karya pengantaraan Kristus ini tergenapi melalui pribadi dan karya-Nya. Ketika kita beriman kepada Yesus Kristus, maka kita mengalami persatuan rohani dengan diri-Nya. Kebenaran ini berdampak penting terhadap status kita. Sebagaimana Tuhan Yesus adalah Anak Tunggal Bapa, kita yang berada di dalam ikatan persatuan dengan Kristus juga memperoleh keistimewaan identitas selaku anak-anak Allah. Yohanes 1:12 berkata, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya [Kristus] diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Tatkala kita berdoa di dalam nama Tuhan Yesus, itu berarti kita datang sebagai anak kepada Allah yang adalah Bapa kita melalui pengantaraan Kristus Yesus. Berdoa menjadi suatu komunikasi dan relasi yang intim antara orang percaya sebagai anak-anak Allah dengan Bapa Sorgawi mereka. Realitas indah dan mulia ini hanya bisa terjadi di dalam dan melalui pribadi Tuhan Yesus semata.
Selain itu, lewat karya pengantaraan Kristus, kita menghadap Allah mahakudus berdasarkan kebenaran dan kekudusan Tuhan Yesus. Kelayakan kita untuk datang berdoa kepada Allah sama sekali bukan dengan bekal kebenaran dan kesucian kita. Tetapi karena kebenaran Kristus yang membenarkan kita dan kekudusan Kristus yang menguduskan kita. 1 Korintus 1:30 mengungkapkan, “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.” Itu sebabnya, melalui karya pengantaraan Kristus, kita bisa menjadi orang benar dan orang kudus sehingga Allah mahakudus berkenan menerima kita untuk berada di hadapan-Nya. Berdoa dalam nama Tuhan Yesus berarti kelayakan kita untuk berdoa adalah berlandaskan pada kebenaran dan kekudusan Kristus yang telah dianugerahkan bagi kita karena beriman kepada-Nya.
Ketiga, berdoa di dalam nama Tuhan Yesus juga bermakna bahwa kita sebagai pendoa dan isi doa yang diucapkan seharusnya sesuai dengan karakter dan reputasi Kristus. Mengapa demikian? Karena dalam Alkitab, nama bukan sembarang huruf dan bunyi. Di kebudayaan Ibrani, nama berfungsi sebagai sebutan yang mewakili pribadi dan segala karakternya. Nama Yesus Kristus adalah nama yang menyatakan diri-Nya sebagai Juruselamat, selaku pribadi yang memperlihatkan ketaatan mutlak pada kehendak dan rencana Allah, sebagai manusia sejati yang hidup dalam kekudusan, kebenaran, keadilan, dan memancarkan buah Roh Kudus dengan sempurna. Dalam kaitan ini, ungkapan “di dalam nama Tuhan Yesus” sebagai penutup doa kita memiliki signifikansi yang setara dengan berdoa dalam keselarasan dengan kehendak dan kebenaran Allah. Dengan demikian, berdoa “di dalam nama Tuhan Yesus” tentu bukan formula magis yang pasti akan membuat segala yang dimohonkan bakal dikabulkan Tuhan. Tetapi justru menjadi suatu pengingat berharga untuk menyadarkan kita apakah segala doa kita benar-benar sejalan dengan kebenaran dan kehendak Allah. Semoga penjelasan ini dapat membuat kita memahami arti penting dari ungkapan berdoa di dalam nama Tuhan Yesus, supaya tatkala kita mengucapkannya itu tidak lagi menjadi kalimat ritual hampa makna.