Allah dan Problema Kejahatan Part 2

Dari pelajaran EBS online yang lalu, ada kesimpulan bahwa Allah tidak lepas tangan, tidak angkat tangan dan juga tidak berpangku tangan terhadap masalah kejahatan. Jika kenyataannya demikian, muncul pertanyaan apa sebenarnya yang menjadi landasan untuk mengamini kesimpulan seperti itu?

Sebagai orang yang percaya pada kebenaran firman Tuhan, kita mempunyai dasar yang kuat untuk menyakini bahwa Allah memang tidak pernah membiarkan penderitaan dan kejahatan menjadi penguasa dalam dunia ciptaan-Nya ini. Penjelmaan Allah menjadi manusia melalui pribadi Kristus adalah suatu peristiwa di mana Ia masuk ke dalam konteks dunia yang berdosa, dunia yang berada di bahwa kuasa kegelapan dan kejahatan, dengan tujuan untuk mengalahkan iblis sebagai penguasa kegelapan yang jahat tersebut. Peperangan yang dilakukan Allah terhadap kuasa kejahatan adalah peperangan-Nya secara pribadi karena kejahatan telah merusak dan mencemarkan karya-Nya yang agung yaitu alam semesta dan segala isinya. Jalan yang ditempuh Allah untuk menyelesaikan dilema kejahatan adalah melalui salib. Inilah cara Allah, inilah jawaban-Nya terhadap masalah kejahatan.

Allah bekerja dengan metode yang bertolak-belakangan dengan pendapat manusia pada umumnya. Manusia melihat kelemahan dan ketidak-berdayaan pada salib, tapi Allah memandang salib sebagai kekuatan untuk mengalahkan kuasa kejahatan. Banyak orang mengejek salib sebagai suatu kebodohan, namun inilah lambang hikmat Allah yang tak terselami oleh akal manusia. Sifat paradoksal terpancar melalui salib sehingga yang lemah adalah yang berkuasa, yang hina justru penuh hikmat. Philip Yancey mengatakan, “Salib justru menghancurkan kategori-kategori lama tentang korban yang lemah dan pahlawan yang kuat, karena sang korban muncul sebagai sang pahlawan.”  Jika kita tidak dapat memahami sifat paradoks yang terjadi di atas salib, kita juga tidak akan mampu melihat karya Allah yang gemilang melalui salib.

Tuduhan bahwa Allah tidak maha kasih juga sudah digugurkan oleh peristiwa salib. Kasihlah yang menghantarkan Kristus untuk mengalami puncak penderitaan di atas kayu salib. Jika bukan karena kasih Allah maka tidak akan ada salib; namun tanpa salib kita tidak pernah dapat memahami keagungan dan kemuliaan kasih ilahi tersebut. Firman Tuhan dalam Yohanes 3:16, 15:13, I Yohanes 3:16, 4:9 dengan jelas menyatakan tentang kasih Allah yang berkorban melalui pengutusan Anak-Nya untuk mati disalibkan. Kesengsaraan Kristus, darah yang mengalir dari sekujur tubuh-Nya, nyawa yang diserahkan bagi penebusan kita telah menjadi bukti terkonkrit tentang kasih Allah. Allah mengasihi dunia berdosa ini bukan dengan perkataan melainkan dengan perbuatan nyata di dalam pribadi Kristus.

Kematian dan kebangkitan Kristus adalah peristiwa kemenangan Allah terhadap kuasa kejahatan dan penderitaan. Kebangkitan-Nya memproklamasikan satu realitas baru yang tidak pernah ada sebelumnya yaitu munculnya seorang Anak Manusia yang tidak bisa ditaklukkan dan dikuasai oleh kematian, tetapi sebaliknya Ia telah mengalahkan sumber dari dilema penderitaan dan kejahatan yaitu si iblis. Sebab itu, kebangkitan Kristus telah menjadi simbol dan sumber pengharapan bagi manusia. Di sini timbul pertanyaan, jika benar Allah sudah menang, bila benar iblis telah dikalahkan lalu mengapa kuasa kejahatan masih terus melancarkan sengatannya terhadap manusia? Kita harus ingat bahwa salib dan kebangkitan adalah kemenangan de jure, kemenangan secara prinsip. Sedangkan kemenangan de facto, yaitu secara empiris, final dan total baru akan terjadi pada saat kedatangan-Nya yang kedua.

Iblis memang sudah dilengserkan dari tahtanya (Yohanes 12:31) namun belum dicampakkan ke dalam lautan api, tempat penghukuman kekal (Wahyu 20:10). Sebab itu, dalam rentang waktu perjalanan sejarah dari masa kemenangan de jure ke masa de facto, kejahatan masih menjadi realitas yang menyelimuti kehidupan di dalam dunia ini. Walaupun kejahatan tetap bereksistensi untuk sementara waktu namun yang terpenting ialah ada kehadiran kuasa Allah dalam dunia ini. Firman Tuhan menegaskan bahwa melalui kebangkitan-Nya, segala kuasa di sorga dan di bumi telah ada pada Kristus (Matius 28:18). Kebenaran ini merupakan aset rohani terbesar bagi orang yang percaya kepada Kristus. Tatkala kita harus berjalan melewati lembah kekelaman penderitaan, kita dimungkinkan untuk berada dalam tuntunan kuasa kemenangan-Nya.

Kebangkitan Kristus juga menunjukkan bahwa kejahatan tidak akan pernah mampu menguasai masa depan. Kejahatan hanya memiliki kuasa terhadap masa lalu dan masa kini. Masa yang akan datang berada dalam lingkup kuasa kebangkitan Kristus yang membebaskan dunia dan manusia dari cengkeraman dosa, kematian dan iblis. Langit baru, bumi baru dan tubuh kebangkitan adalah penanda masa mendatang tentang kuasa kemenangan Kristus terhadap daya kejahatan yang telah terjadi melalui salib dan kebangkitan-Nya. Masa depan adalah momentum kehancuran kejahatan. Ia tidak akan mendapat tempat dalam dunia Allah yang baru yaitu Yerusalem surgawi. Realitas kejahatan dan penderitaan akan dilenyapkan secara permanen oleh Allah (Wahyu 21:4). Kiranya iman kita terus terarah pada masa depan yang pasti dan penuh kemenangan ini.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s