HISTORY

GKA ELYON PREGOLAN
Pregolan Bunder 46 – 48
Tegalsari
Surabaya, Jawa Timur 60262
Indonesia

Our History

SEJARAH GEREJA: GKA ELYON

Catatan Awal

– Gelar dan nama lengkap dituliskan jika dibutuhkan, dan hanya dituliskan nama depan atau singkatan nama supaya efisien.

– Rev. = Reverend = Pendeta. Ev. = Evangelis = Penginjil/GI, Guru Injil.

– Jika disebutkan “Elyon”, maka ini mengandung makna “Hin Hwa” masa lalu, demikian pula jika disebut “Hin Hwa” bisa mengandung “Elyon” masa kemudian.

– Kadang hanya disebut Elyon, atau Gereja Elyon saja untuk menunjuk GKA Elyon.

– Tidaklah mungkin memasukkan semua nama yang mungkin saja berpengaruh besar bagi Elyon atau bagi Kerajaan Allah secara keseluruhannya. Tuhan Mahatahu yang mencatat hamba-hambanya yang setia dan bertanggungjawab serta akan turut kebahagiaan Tuannya di surga.

A. MASA GEREJA TIONGHOA

1. Ev. Chang Yong Xin (1909–13)

“MULAILAH PELAYANAN BAGI PEKERJAAN TUHAN WALAU KELIHATANNYA KECIL DAN SEPELE!”

Gereja Kristen Abdiel Elyon – Surabaya kini, jejak cabang sejarahnya mulai terekam sejak sekitar 100+ tahun lalu ketika pada tahun 1909 kedatangan Ev. Chang Yong Xin, yang adalah utusan Misi Metodhist Amerika, berkedudukan di New York. Beliau mendirikan persekutuan rumah tangga Kristen yang terdiri dari beberapa suku-suku Tionghoa (tercatat suku Tjwan Tjiu, Hok Kian, Kanton/Kwang Tung). Komunitas ini melakukan perkunjungan antar jemaat, mendoakan yang sakit atau tertimpa masalah dan melakukan penginjilan pribadi dan kelompok. Persekutuan tersebut makin memantapkan diri dengan menyewa sebuah rumah di jalan Kampung Seng (1911), dan lalu meminjam gedung San Chang Gong Shi di jalan Kembang Jepun 28. Tercatat persekutuan ini memunyai 12 anggota penuh dan 18 anggota percobaan (1912).

2. Rev. Harry Beeron Mansell (1913–21)

“PAKAILAH SEGALA DANA DAN DAYA YANG ADA UNTUK KESEMPATAN PELAYANAN YANG LEBIH BESAR!”

Misi Methodist Amerika kemudian mengutus Rev. Harry Beeron Mansell yang berdomisili di Singapore untuk melayani persekutuan ini (1913). Rev. Harry bersama dengan Rev. William Thomas Cherry (juga berdomisili di Singapore) menggunakan dana misi Methodist, dana persembahan dari jemaat, dan dana pinjaman dari The Hongkong & Shanghai Banking Corporation di Hongkong (18.000 Gulden) untuk membeli tanah-bangunan bekas losmen seharga 23.000 Gulden di pojok jalan Bakmi atau Sambongan (sekarang: Samudra) dan jalan Tjaipo (sekarang: Kopi). Sertifikat ini tercatat akta no. 297 tanggal 18 April 1916. Setelah renovasi yang dipimpin oleh Liem Hong Lian, barulah gedung itu dipakai sebagai tempat ibadah. Gedung tersebut diberi nama Zhong Hua Ji Du Jiao Hui/Tiong Hwa Kie Tok Kauw Hwee (THKTKH) Surabaya.

3. Rev. H.C. Boewer (1921–28)

“JANGAN BUANG WAKTU, KERJAKAN YANG PALING PENTING SEGERA!”

Pada saat Rev. Boewer menggantikan Rev. Harry, sudah diselenggarakan 2 kebaktian yang bercorak ibadah: Presbyterian. Kebaktian minggu pk. 09.00 itu dihadiri suku Tjwan Tjiu, Hok Kian (Min nan/Amoy) yang dipimpin Ev. Dhiong Hong Sik, sedangkan kebaktian pk. 12.00 dihadiri suku Kanton dengan Go Kim Dhong sebagai pembimbingnya. Kemudian suku Fuchow-Kuoyu juga mengadakan kebaktian pada minggu pk. 16.00 (1922). Tercatat tahun 1925 jemaat 3 bahasa tersebut total berjumlah 249 anggota.

Di samping itu, untuk mengatasi kendala bahasa bagi peranakan Tionghoa yang kurang memahami 3 bahasa di atas, dibentuklah kebaktian Khusus jemaat THKTKH berbahasa Indonesia/Melayu (disebut jemaat Kiauw Seng). Dengan jumlah makin berkembang, maka kebaktian ini pindah ke jalan Johar no.4. Inilah cikal bakal berdirinya Gereja Kristen Indonesia Jawa Timur kemudian (22 Pebruari 1934).

Sebelum berlakunya peraturan pemerintah Hindia Belanda tentang “zona pelayanan kelompok misi” pada tahun 1928, maka pusat Methodist Mission di New York memutuskan mengalihkan pelayanan mereka dari kota Surabaya, pulau Jawa ke kota Medan, pulau Sumatera. Untuk itu mereka segera menghibahkan aset mereka di jalan Bakmi tersebut ke THKTKH dengan cara ditebus oleh pengurus/jemaat THKTKH sebesar 25.000 Gulden. Dana tersebut diperoleh dari persembahan jemaat dan (sekali lagi) pinjaman dari The Hongkong Bank & Shanghai Banking Corporation di Hongkong.

Oleh pemerintah Hindia-Belanda, wilayah Jawa Timur akan dijadikan ladang misi bagi Nederlandsch Zendelning Vereniging (NZV). Inilah yang akhirnya memengaruhi teologi gereja Tionghoa sekarang: Teologi Reformed!

Sebelum kembali ke USA, Rev. Boewer bergegas menyelesaikan dulu akte pendirian THKTKH dengan notaris Jan Willem Bek dan 9 pengurus dari 3 persekutuan itu. Tertulis tujuan yayasan tersebut adalah: “Memberitakan Indjil dan memperluas keradjaan Allah.” Tanggal disahkannya akta tersebut: 8 Pebruari 1928 diperingati sebagai Hari Gereja Tionghoa Surabaya. Yayasan ini didaftarkan ke pemerintah Hindia-Belanda dengan modal pangkal 4.000 Gulden, menandakan kemandirian pengaturan, tidak tergantung lagi dengan badan misi luar negri. Nama The Tjik Kie, sang pionir itu sudah tercantum di akta tersebut!

4. Rev. Ds. H. A. C. Hildering Han (1932–1942)

“KERJAKAN PELAYANANMU, TEBAR SELUAS MUNGKIN, CATAT DAN LAPORKAN!”

Oost Java Zending dari Gereformeerde Kerken in Hersteld Verband di Nederland mengutus pendeta Rev. Ds. H. A. C. Hildering untuk melayani orang Tionghoa di Jawa Timur (1932). Hildering yang berlatar belakang teologi reformed, membawa babak baru bagi kekristenan di Jawa Timur. Beliau berkeliling dan melaporkan perkembangan orang-orang Tionghoa Kristen dari berbagai daerah di Jawa Timur seperti Bangil, Probolinggo, Mojokerto, Mojosari, Malang, Bondowoso, Jatiroto, dsb. Namun tentara Jepang menyerbu dan mulai menjajah Indonesia, sehingga terpaksa Hildering kembali ke Belanda. Namun benih firman Tuhan yang ditebarkannya tidak ikut lenyap, tapi mulai berakar dan berkecambah di pelbagai wilayah yang dilaluinya.

B. MASA GEREJA HIN HWA

5. The Tjik Kie (1919–61)

“APAPUN ITU, MULAILAH DULU DAN SETIALAH MENERUSKANNYA!”

Boleh dikatakan The Tjik Kie (TTK) ini adalah “Bapak Gereja Hin Hwa – Elyon”. Melalui konsistensi, keberanian dan kecepatan pengambilan keputusan beliau, embrio jemaat Hin Hwa menjelma menjadi gereja yang bertahan dan kokoh hingga menjadi GKA Elyon sekarang ini.

TTK muda adalah aktivis gereja Hin Hwa Thien Tao Thang Singapore. Pada tahun 1919, TTK datang dari Singapura dan membuka usaha penjahitan busana di jalan Slompretan 14. Beliau rutin mengadakan persekutuan/kebaktian keluarga bersama dengan para pekerja di rumah-usahanya. Pada hari Minggu, TTK mengikuti kebaktian berbahasa Amoy dan membantu mengajar Sekolah Minggu. Selain itu, TTK juga rajin mengabarkan Injil kepada banyak pribadi maupun keluarga-keluarga. TTK tercatat sebagai pengurus di THKTKH (Tiong Hwa Kie Tok Kao Hwei) dan menjadi 1 dari 9 orang yang namanya tercatat dalam akte pendirian THKTKH (Gereja Kristen Tionghoa) – 8 Februari 1928.

Selama ini, beberapa jemaat Hin Hwa ikut bergabung dengan kebaktian jemaat berbahasa Fuchow-Kuoyu setiap minggu pk. 16.00. Setelah dirasa jumlahnya memadai, pada 7 Januari 1937 pk. 19.30 mereka mengadakan kebaktian perdana berbahasa Hin Hwa. Kebaktian tersebut langsung dipimpin oleh TTK sendiri dan berjumlah sekitar 20-an orang. Tanggal ibadah perdana tersebut dinyatakan sebagai lahirnya Gereja Hin Hwa atau GKA Elyon sekarang. Pada akhir tahun itu, jumlahnya menjadi 60 orang, dan tahun berikutnya menjadi sekitar 90-an orang.

Sebagai catatan, kebaktian sore berbahasa Hin Hwa di jalan Samudra ini terus berlangsung hingga 62 tahun dan kebaktian terakhir adalah pada Maret 1999. Namun kebaktian berbahasa Mandarin tetap berjalan dan masih berlangsung di Elyon Pregolan.

6. “John Sung Factor” 1939

“SEEK YOUR OWN SPIRITUAL REVIVAL AND REVIVAL WILL COME TO OTHERS!”

Dan sumbangan terpenting The Tjik Kie bagi gereja Kristen Tionghoa di Surabaya/Jawa Timur adalah 2 tahun kemudian. Bersama dengan para pengurus jemaat Amoy, Kanton dan Fuchow –Kuoyu pada akhir tahun 1938, TTK mengatur dan mengundang Pdt. Dr. John Sung untuk kembali mengadakan kebaktian Kebangunan Rohani dan “mampir” di Surabaya dalam safarinya (keliling dari kota-kota/pulau-pulau untuk memberitakan injil atau membina iman orang kristen). Sebelumnya Pdt. Dr John Sung sudah pernah KKR di Surabaya tahun 1937. Namun kali ini berbeda! Para penyelenggara dan jemaat bahu-membahu mengundang banyak orang Tionghoa, baik dari Surabaya maupun dari berbagai kota di Jawa Timur. Kebaktian ini diadakan sejak 13 Januari 1939, dan bertempat di lapangan Statstein daerah Kemayoran/Kebon Rojo Surabaya (Sekarang menjadi Gedung Bank Indonesia).

Diceritakan oleh orang-orang yang mengenang kejadian itu, begitu banyak orang berduyun-duyun memenuhi lapangan selama beberapa hari kebaktian. Ratusan orang menangis, meminta-minta ampun akan dosa mereka, bertobat dan menerima Yesus sebagai juruselamat. Orang-orang Kristen yang hadir di sana mengalami kebangunan rohani yang melimpah, api pelayanan dan penginjilan berkobar besar sekali dan ini berdampak hingga puluhan tahun berikutnya serta menyebar ke mana-mana.

John Sung, Phd. Kimia lulusan Ohio State University, USA ini berasal dari suku Hin Hwa, sehingga menjadi kebanggaan bagi orang-orang Hin Hwa di Jawa Timur. Melihat momentum ini, tak lama kemudian dalam tahun itu juga (1939), TTK segera membentuk kemajelisan dari jemaat Hin Hwa yang pertama di dalam THKTKH Surabaya.

Api John Sung telah diestafetkan kepada The Tjek Kie! TTK kemudian melayani sebagai Ketua Majelis gereja Hin Hwa selama 20 tahun. Dan setelah berhenti dari jabatan majelis, The Tjik Kie bersama Pdt. Phoa Oen King menulis: “25 TAHUN GEREJA HIN HWA” (1962).

7. Pdt. Oei Hway King (1946–67)

“SETIA MEMEGANG DAN MENYUARAKAN KEBENARAN!”

Jika The Tjik Kie adalah Ketua Majelis pertama Hin Hwa (Elyon), maka Oei Hway King (OHK) adalah Wakil Ketua Majelis pertamanya. OHK dengan setia menjabat sebagai sekretaris majelis hingga berakhir tahun 1948. Sebab pada tahun 1949, 9 September beliau ditahbiskan sebagai Pendeta pertama gereja Hin Hwa! Dari Majelis menjadi Gembala Sidang! Setahun sebelumnya, OHK memberi Paduan Suara Pemuda Hin Hwa nama: Chin Shin Choir (berdasar Matius 5:8). Penampilan perdana Chin Shin Choir adalah pada kebaktian minggu 3 Oktober 1948, atau 1-2 bulan setelah digagas dan disiapkan atas inisiatif para pemuda.

Pada masa penggembalaannya, gedung gereja 4 jemaat di jalan Samudra direnovasi, sehingga ke 4 jemaat itu mencari tempat kebaktiannya sendiri. Maka Jemaat Hin Hwa untuk kebaktian umum minggu sorenya (pk. 15.00), mereka menyewa di Gedung Perpusatan Pemuda Protestant jalan Bubutan 95 (kemudian dikenal sebagai Rumah Sakit Mardi Santoso). Sekolah Minggunya di pagi hari pk 08.30 di Sekolah Kristen Tionghoa jalan Sidodadi. Doa bersama 4 jemaat Senin sore 17.00 dan Pemahaman Alkitab bersama 4 jemaat Jumat 17.00 di jalan Joharlaan.

Baru pada tgl 3 Juni 1953 pk. 10.00, diadakan kebaktian gedung gereja yang baru direnovasi ini (sekaligus peringatan 25 tahun Gedung gereja Samudra/Bakmi). Kebaktian pembukaan ini dipimpin oleh Pdt. Baring L. Yang. Setelah itu, 4 jemaat itu kembali beribadah dan melakukan kegiatan baik secara mandiri maupun bersama-sama di gedung ini. Pada prasasti di depan Gedung Gereja Samudra tertulis: “TIANG DAN ALAS KEBENARAN. Gedung geredja ini: Tahun 1928 dibeli dari Methodist Mission. Tahun 1952 diberdirikan baharu oleh THKTKH”.

Tahun 1965, di Indonesia terjadi peristiwa Gerakan G-30 S PKI yang menimbulkan badai pergolakan politik, sosial, budaya, ekonomi dan keamanan. Tekanan kepada etnis Tionghoa dan kekristenan sangat berat. Hal ini juga memengaruhi gereja-gereja Tionghoa, termasuk gereja Hin Hwa. Desember 1966, sekolah-sekolah Tionghoa ditutup. Tahun 1967 pemerintah Republik Indonesia melarang penggunaan bahasa Tionghoa. Koran-koran berbahasa Tionghoa dilarang diterbitkan. Namun justru pada situasi ini, OHK dengan berani menerbitkan WARTA GEREJA HIN HWA edisi perdana 20 Agustus 1967.

Lima bulan kemudian, pada 7 Januari 1968 Pdt. Oei Hway King meninggal dunia. Dan itu tepat satu hari sebelum Sidang Sinode 8–10 Januari 1968. Sidang ini melahirkan keputusan yang penting dan strategis: THKTKH Klassis Jatim yang sebelumnya bernama Gereja Kristen Tionghoa, ubah nama menjadi Gereja Kristus Tuhan (GKT). Dengan demikian THKTKH jemaat Hin Hwa pun menjadi GKT jemaat Hin Hwa Surabaya).

8. Pdt. Yahya Elnatan (1969–78)

“JANGAN TERIKAT DENGAN KEBESARAN MASA LALU, SAMBUTLAH MASA DEPAN!”      

Tahun 1966 Ev. Yahya Elnatan bergabung dengan Gereja Hin Hwa. Yahya Elnatan bertubuh gagah besar dan berwajah tampan kharismatis ini menikah dengan Ev. Phan Lie Hwa (PLH), yang sudah melayani tahun sebelumnya. PLH sudah memulai persekutuan Pemuda setiap hari Minggu pk. 08.00 di jalan Genteng Durasim 22 (1965). Sumbangsih pasangan hamba Tuhan adalah ini meningkatkan kepemimpinan gereja yang lebih baik, pelayanan sekolah minggu yang lebih teratur dan sistematis (ada pelatihan dan persiapan bahan guru Sekolah Minggu) dan pembinaan persekutuan pemuda yang rutin.

Pada masa Yahya ini, majelis mengambil keputusan besar untuk “meninggalkan” gedung gereja yang “legendaris” di jalan Samudra 49-51 itu dan membeli rumah di jalan Sulung Kali 27. Gedung itu diresmikan pada tgl 27 April 1972 dengan mengadakan KKR yang dipimpin oleh Pdt. Yang Jie Yao dari Filipina. Pun saat periode ini, ada 3 hamba Tuhan penting yang masuk dan kelak akan menjadi Gembala Sidang Elyon. Mereka adalah Ev. Antonia P. Chandra dan Ev. Valerie Anggreani (Juli 1972), dan empat tahun kemudian Ev. Tertiusanto (Januari 1976).

Sekolah Tionghoa di Indonesia memang telah ditutup sejak 16 April 1966, namun gereja masih diperbolehkan menggunakan bahasa Mandarin. Melihat peluang ini, maka gereja pada tgl. 15 Januari 1973 memulai kelas Pembinaan Alkitab berbahasa Mandarin (PA Mandarin). Bahan disusun berdasar cerita Alkitab, bertujuan mendidik generasi muda dan “kursus” diadakan pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Pelayanan PA Mandarin ini dipimpin oleh Ev. Valerie Anggreani dan dalam 5 tahun pertamanya muridnya mencapai angka 200 orang. Tahun itu juga dibentuk Komisi Remaja, kelas Tunas Remaja dan Kelompok Tumbuh Bersama yang juga dikomandoi Valerie Anggreani.

Pada tahun 1974 Po Yit Piauw menjadi ketua majelis. Dan pada rapat majelis 8 Oktober 1978, diadakan rapat terbuka dengan seluruh jemaat Hin Hwa, berkeputusan untuk keluar dari Sinode GKT dan bergabung dengan Sinode GKA (yang sudah terbentuk dari tahun 1976, dan sudah dianggotai 2 “saudara segedung Samudra” yaitu GKT jemaat Amoy dan GKT jemaat Fuchow-Kuoyu). Januari 1979 GKT Hin Hwa bergabung dan menjadi GKA Hin Hwa. GKA Hin Hwa adalah anggota yang ke 6 dari 18 gereja yang bergabung hingga saat ini.

Sejak ditinggalkan Pdt. Oei Hway King 10 tahun lalu, pelayanan sakramen gereja (seperti Babtisan dan Perjamuan Kudus) sangat bergantung pada pendeta di sinode maupun pendeta di beberapa Sekolah Alkitab. Dan ini cukup menghambat dan memperlambat kegiatan gereja. Maka pada 27 Juli 1978 gereja menahbiskan ev. Yahya Elnatan menjadi “Pendeta kedua” jemaat Hin Hwa, dengan dipimpin oleh Pdt. Philip Teng dari Hong Kong.

Namun 5 bulan kemudian, sehari setelah Natal, Pdt. Yahya sekeluarga pindah ke Melbourne, Australia (26 Desember 1978). Gereja Hin Hwa kembali mengalami kekosongan tenaga Pendeta, justru tepat saat peralihannya dari Sinode GKT ke GKA.

C. MASA GEREJA ELYON

9. Pdt. Tertiusanto (1981–2003)

“LAPANGKAN DAN BENTANGKANLAH PELAYANANMU, JANGAN MENGHEMATNYA. PANJANGKANLAH DAN PANCANGKANLAH DENGAN KUAT DASAR-DASARNYA!”

Setelah 3 tahun kosong pendeta, maka pada 12 September 1981, Ev. Tertiusanto ditahbiskan menjadi Pendeta ketiga Gereja Hin Hwa. Upacara dipimpin oleh Pdt. Peter Wongso dari Malang. Pendeta Tertiusanto dikenal sebagai pecinta musik, soloist, konduktor. Namun gairahnya akan perkembangan gereja sehingga layak disebut sebagai “Gembala Pembangunan Elyon”. Pada zamannya, Gereja Elyon berkembang menjadi 4 rayon. Tertiusanto kelak adalah menjadi pejabat Gembala Sidang terlama di Elyon hingga kini.

Pada masa kepemimpinannya, Paduan Suara Chin Shin mengalami masa-masa kejayaannya. Mereka sering muncul di gereja-gereja lain, baik di Surabaya, di kota-kota lain di Indonesia. Bahkan setahun sebelum dipendetakan, Tertiusanto memimpin PS Chin Shin melawat ke beberapa negara Asia seperti: Singapura, Bangkok, Hongkong, Taiwan, Manila dan Malaysia (Juli-Agustus1980).

Tigabelas tahun kemudian, Paduan Suara Anak Elyon mengikuti pesparawi dan memeroleh Juara Teladan Jawa Timur, dan bergabung dengan Paduan Suara Anak GKJW Malang (mewakili Jawa Timur) meraih Juara Harapan 1 di Pesparawi tingkat nasional yang diselenggarakan di Palangkaraya, Kalimantan (1993).

Namun ada 2 keputusan penting yang akan mengubah arah GKA Hin Hwa di masa depan: nama gereja dan visi pengembangan. Nama Sinode sudah diubah sejak 15 tahun yang lalu dari GK Tionghoa menjadi GK Tuhan. Juga melihat banyaknya jemaat dari berbagai latar belakang dan suku yang bergereja di GKT Hin Hwa, serta supaya lebih “mengindonesia”, kini giliran nama Hin Hwa yang berubah. Dan diputuskan sejak januari 1983 maka gereja ini memunyai nama baru: Elyon, yang didasari dari kitab Bilangan 24:16. Inilah saatnya gereja Hin Hwa menanggalkan ke”suku”annya dan menjadi lebih ke nasional. Ini keputusan yang strategis!

Dalam penggembalaannya, Tertiusanto memaparkan visi yang didapat dari Walikota Surabaya Poernomo Kasidi pada seminar tahun 1985 tentang Surabaya Abad 21. Sebagai kota terbesar no. 2 di Indonesia, akan membentuk Kota Raya bersama kota-kota lain di sekitarnya. Dan untuk menyambut peluang ini, maka majelis bergumul untuk memperluas area pelayanan gereja Elyon.

Tahun 1988, Suwadji Widjaja menjadi Ketua Majelis GKA Elyon. Gayung bersambut! Maka duet Tertiusanto – Suwadji ini mengubah arah dan sistem pengembangan Elyon dalam menyambut peluang pemekaran Surabaya. Strategi dimulai dengan membentuk persekutuan-persekutuan wilayah di daerah Surabaya Barat, Timur dan Selatan selama kurun 1988 hingga 1990. Mereka dibiarkan bertumbuh hingga masak.

Strategi ini berbuah. Dari rumah, menyewa lahan, hingga akhirnya membeli lahan atau membangun gedung gereja. Gereja Elyon Satelit setelah 3 tahun dibangun, maka pada tgl. 17 September 1998 diresmikan di jalan Raya Satelit. Menyusul Gereja Elyon Timur setahun kemudian di ruko Klampis Megah dan diresmikan tgl. 13 Mei 1999. Empat tahun kemudian giliran Gereja Elyon Selatan meresmikan gedung gerejanya di ruko Rungkut Megah Raya pada 7 September 2003. Gereja Elyon Pusat di Pregolan juga membangun gedung bertingkat untuk kelas Sekolah Minggu dan Pastori. Dua tahun sebelumnya (2001), Ev. Hendi Sutrisno bergabung ke GKA Elyon.

Semasa persekutuan-persekutuan wilayah digencarkan, Gereja Elyon (seiring dengan proyek transmigrasi) mendukung pengutusan Rohaniawan ke daerah Arso, Irian Jaya dan bersama Gereja Kristen Kalam Kudus membuka 6 Pos Pelayanan di sana (1991). Selain itu gereja Elyon juga mengembangkan POS PI di daerah Cengkong, Bojonegoro dan desa Polehan, Genteng -Banyuwangi.

Beberapa komisi yang muncul dalam rentangan Pdt. Tertiusanto adalah Komisi Wanita (29 Januari 1979), Komisi Pria (15 Agustus 1985), Komisi Usiawan (12 Desember 1985), dan Komisi Pemuda Senior (21 Januari 1996).

Dan Media Elyon juga bertumbuh subur saat itu antara lain: ELTRON THE WALL MAGAZINE (1988–94), Majalah Triwulan: GABRIEL (1988–90), Koran Dwimingguan: GABRIEL POST (1990–94), Media Dwimingguan: ELYONEWS (1999–2008).

Kemudian Elyon juga membuka kembali Kursus Mandarin dengan nama Elyon Mandarin Course di Pregolan (Juli1995), lalu Poliklinik Elyon di Elyon Satelit (23 November 1998) dan kemudian Sekolah Kristen Elyon (Juli 2002).

Patut dicatat 2 tahun sebelum masa penggembalaan beliau berakhir, Gereja Elyon menahbiskan 2 penginjilnya menjadi Pendeta Wanita pertama di Sinode Abdiel: Ev. Antonia P. Chandra dan Ev. Valerie Anggreani (19 Mei 2002). Suatu keputusan yang tepat waktu dan akan berdampak positif tidak lama lagi!

10. Pdt. Elim Wijaya (2003)

“BERIMAN KEPADA ALLAH, TAAT KEPADA ALLAH, SETIA KEPADA ALLAH. TIDAK KEPADA YANG LAIN!”

Sebelum GKA Elyon berurutan digembala-sidangi oleh pendeta wanita Antonia dan Valerie, maka GKA Elyon sempat dipimpin oleh Pdt. Elim Wijaya, yang memegang jabatan paling singkat (sampai saat ini) dalam Sejarah Elyon, yaitu sekitar 5 bulan saja. Walaupun singkat, namun Elyon menerapkan prinsip kesinambungan kepemimpinan (tidak boleh ada kekosongan pemimpin).

Dalam masa kepemimpinannya yang singkat itu, Gedung Elyon Rungkut diresmikan penggunaannya dan pembukaan POS PI kota Damai. Dan Elim mundur dari jabatan Gembala Sidang karena masalah kesehatan dan persiapan Emeritusnya tahun depannya. Dan nantinya kebaktian emeritasi ini adalah yang pertamakali terjadi dalam sejarah GKA Elyon!

11. Pdt. Antonia Pauline Chandra (2004–07)

“GEREJA TERBUKA MENJADI TERANG BAGI YANG DI LUAR, DAN YANG DI LUAR TERBUKA MENERIMA GARAM GEREJA!”

Antonia Pauline Chandra adalah penginjil wanita pertama di kalangan sinode Abdiel yang ditahbiskan sebagai pendeta (sekaligus bersama Ev. Valerie Anggreani). Dan beliau juga adalah Gembala Sidang wanita pertama di GKA Elyon dan di Sinode Abdiel. Antonia dikenal sebagai sosok yang berpengaruh luas, piawai berorganisasi dan memunyai hubungan yang baik dengan pelbagai pemimpin, hamba Tuhan maupun organisasi di luar gereja. Beliau menjadikan Elyon terbuka keluar dan yang di luar terbuka ke Elyon.

Peristiwa yang terjadi pada masa kepemimpinannya adalah emeritasi Pdt. Elim Wijaya di Pregolan (31 Maret 2004). Jika pada masa Tertiusanto gereja Elyon membuka “cabang” 3 rayon dan 2 POS PI, maka pada masa Antonia gereja Elyon membuka 2 POS PI. Yang pertama adalah POS PI di Laguna Indah (sekarang berganti nama menjadi Pakuwon City) pada 11 Juli 2004. Dan kemudian POS PI Bukit Palma (September 2005).

Dan Antonia rajin gagas ritrit dan seminar untuk membangkitkan pelayanan pada jemaat Elyon. Misalnya pada tahun 2004 adalah ritrit pengerja di Batu, Malang yang mengundang Pdt. Paulus Kurnia (2–3 Mei), Seminar Keluarga oleh Pdt. Yakub Susabda (24 Juli), lalu pada tahun berikutnya (2005) Seminar Visi oleh Pdt. John Liem (20 Pebruari), ritrit pengerja 2, di Trawas yang kembali mengundang Pdt. Paulus Kurnia dan juga rektor Ciputra Tony Antonio

Pada 2006, terjadi kegairahan untuk belajar firman Tuhan di berbagai rayon:

– Di Elyon Pregolan diadakan Elyon Bible Center (EBC), tema: The Ten Laws of Life, Dunia Lain, Knowing God, Understanding Muslim Word dimotori oleh Ev. Yanto Sugiarto.

– Di Elyon Satelit ada 2 kegiatan: SundayEleven (minggu pk 11.00 selama 1 jam) yang membahas tentang Atribut Allah, Mahakuasa, Mahahadir, Mahatahu, Mahakudus, dsb. Dan juga RaGi 9 (rabu pagi jam 9.00 selama 1 jam) yang mengupas masalah Temperamen: Melankolik, Sanguine, Flegmatik, Kolerik, juga Mengenal dan Mengatasi Kuatir, Stress, Marah, Depresi. Building a Family yang dipimpin oleh Ev. Njoo Mee Fang.

– Di Elyon Galaxy Klampis ev. Sumanto Liandri menggiatkan: Sel Group, berlokasi berpindah tempat dan kunjungan ke panti atau ke RS.

Pada tahun terakhir penggembalaannya (2007), beliau prihatin dengan kondisi hubungan jemaat dengan Allah, lalu Antonia memimpin gerakan GeDE 15” Gerakan Doa Elyon 15 Menit (April). Selain itu ada kegiatan pengupasan “40 Days of Purpose – Rick Warren” (Mei), Seminar Kepemimpinan Robby Chandra (Agustus), Camp Semesta Muda Elyon: MiB – Menjadi insan Baru di Pacet, Mojokerto pada 14–17 Oktober. Dan Penahbisan duet penginjil Hendi Sutrisno – penginjil Njoo Mee Fang (29 Oktober).

12. Pdt. Valerie Anggreani (2008–2012)

“SELAMATKAN GENERASI DEMI GENERASI DAN PERSEMBAHKANLAH KEPADA KRISTUS!”

Berikutnya adalah giliran Pdt. Valerie Anggreani yang menggembalai GKA Elyon. Beliau sebelumnya dikenal sebagai pelatih guru dan pengembang Sekolah Minggu yang mumpuni. Beberapa gereja di luar Elyon sering menimba ilmu dan belajar pada beliau. Seperti tradisi gembala sebelumnya, maka Valerie juga menginisiasi beberapa ritrit dan seminar. Pada awal memimpin (2008), diadakan Persekutuan Lajang se Elyon dengan tema: Mencari Teman Istimewa (1 Juni), dilanjutkan dengan Seminar Keluarga, “Never Ending Passion in Christian Family” dengan mengundang Pdt. Heman Elia dan dr. Iwan Djuanda (11 Juni).

POS PI yang dibuka saat kepemimpinan Valerie adalah Puri Surya Jaya, Sidoarjo (31 Mei 2019). Namun keputusan strategis adalah ketika diluncurkan program dan buku Triwulanan MEZBAH KELUARGA (2009). Valerie melihat bahwa keluarga adalah unsur terpenting dalam gereja dan masyarakat. Mereka harus disatukan, diberi teladan, dibina dan digerakkan. Melalui persekutuan dalam keluarga masing-masing, diharapkan hal ini terjadi. Program ini berlangsung cukup lama, dan saat ini materi Mezbah Keluarga sudah tidak dibuat dalam format buku lagi, tapi masuk ke Warta Mingguan Elyon, dalam versi Dewasa, Anak dan Mandarin.

Pada tahun 2010, Warta Gereja Mingguan Elyon memunyai nama baru: ELYONWEEK (15 Maret). Kemudian ada acara baru bagi Elyon yaitu: Malam Menghitung Berkat (Empire Building 13 Mei). Seperti gairahnya, maka pada 24-26 Juni, diadakan Kam Sekolah Minggu seluruh Elyon. Ada 1 program lagi yang penting dan berlangsung hingga saat ini, yaitu: ELYON BIBLE STUDY. Peluncuran dilakukan besar-besaran dengan mengundang Pdt. Yakub Susabda (21 Juli).

Saat 2011, Gedung GRAHA ELYON, Pregolan diresmikan (31 Jan) dan pada 29-31 Agustus, di Batu, Malang diadakan Camp Kaumuda seluruh Elyon: Facing The Giant.

Pada akhir penggembalaan Valerie (2012), diadakan acara KKR dengan tema THE CALLING dengan mengundang Pdt. Yohan Candawasa (12 Mei di Pregolan), lalu Seminar Keluarga: ANGER MANAGEMENT DALAM KELUARGA dengan pembicara Pdt. Johannes Lie Han Ing (4-5 Juni 4–5, Pregolan), dan seminar Sinode Abdiel berjudul Kepemimpinan Generasi Muda Kristen Abad 21 oleh Pdt. Ivan Kristiono (21–22, Juni). Seminar ini seolah meramalkan dan merumuskan situasi GKA Elyon pada periode gembala berikutnya.

D. MASA GEREJA ELYON: TRANSFORMASI

13. Pdt. Hendi Sutrisno (2013–Kini)

“TELADANI KEPEKAAN YESUS, TELADANI KETEGASANNYA, DAN TELADANI INTEGRITASNYA!”

Ev. Hendi Sutrisno bergabung dengan GKA Elyon pada awal abad 21 (2001). Duabelas tahun kemudian ia menjadi pemimpin, menggembalakan jemaat Elyon. Beliau merangkum pengetahuan dan pengalaman gembala-gembala sebelumnya sembari mengakomodasi perkembangan terbaru dari dunia teknologi dan generasi muda milenial yang makin terhubung.

Tahun pertama penggembalaannya, Elyon menyelenggarakan: Kebaktian Pengobaran Pengabar Injil, Ev. Ria Pasaribu (15 Mei). Seolah ini adalah kelanjutan pada zaman TTK yang mengundang John Sung. Kegiatan ini disambung pada tahun berikutnya yaitu: Malam Misi Pdt. Arlens Kauntu, Datanglah KerajaanMu, Preg (27 Agustus 2014). Dan 2 tahun selanjutnya: Kebaktian Malam Misi, Let Thy Glory Be Over Al The Earth, Pdt. Michael Densmoor, Satelit 31 Agustus 2016. Mendekati akhir tahun, diadakan acara emeritus untuk 2 mantan Gembala Sidang Elyon yaitu: Pdt. Antonia P. Chandra dan Pdt Valerie Anggreani (26 Nopember 2013).

Untuk Anak, Elyon menyelenggarakan Kamp Anak seluruh Elyon (18–20 Juni 2013). Mei, 12 2014 KKR untuk Guru Sekolah Minggu, Pdt. Yung Tik Yuk: Awasilah dirimu sendiri dan Ajaranmu! Lalu QUIZ Elyon Bible Study untuk anak-anak SM (17 Juni 2014) dan Kamp Gabungan Sekolah Minggu SD 4 – SMP 2, Trawas. HIDUP DALAM RENCANANYA, Pdt. Wendy dan Ev. Brury (20–22 Juni 2016). Acara-acara yang berfokus pada anak ini adalah warisan Pdt. Valerie Anggreani.

Acara yang bertema keluarga, ada 1 di tahun 2014 (6 April) adalah: Seminar Keluarga Pdt. Joshua Ting dari Hong Kong: MASIH DAPAT DIPULIHKAN? di Elyon Pregolan. Selanjutnya acara yang berfokus pada pembelajaran Alkitab, yang merupakan terusan dari Pdt. Antonia pada tahun 2006 dan Pdt. Valerie 2010 yaitu Final Elyon Bible Quiz (ElyonPregolan, 9 Oktober 2013), Seminar EBS, Hans Wuysang (ElyonPregolan, 26 Maret 2014), Seminar EBS, Ev. Nicholas Kurniawan (ElyonPregolan, 21 Oktober 2015) dan KKR EBS, EVERLASTING LEARNING, Pdt. Buby Ticoalu (ElyonPregolan, 27 Maret 2016).

Selanjutnya, ada 2 arus fokus tema program yang besar dalam Elyon. Kebangkitan kaum muda Elyon dan Gairah Doa kepada Allah. Pada tahun 2014, ada pergeseran yang penting. Sesuai dengan keputusan Pleno Majelis tahun sebelumnya, maka kebaktian Pemuda yang ada di Elyon akan digabung dengan kebaktian Umum. Setelah pergumulan cukup alot, khususnya di Elyon Pregolan, maka jemaat berbahasa Mandarin, yang umumnya dihuni kaum usiawan, rela dipisahkan dari Kebaktian Umum 2 (Dwibahasa Mandarin-Indonesia) dan membentuk kebaktian tersendiri khusus dalam bahasa Mandarin saja dan berpindah dari Aula Utama ke Lantai 4 Graha Elyon (31 Agustus). Kebaktian Umum 2 tetap di Aula Utama dan mulai dipercayakan ke kaum pemuda.

Dan satu peristiwa besar lagi terjadi ketika para hamba Tuhan muda dari berbagai rayon bersatu dan mengumumkan gerakan “Elyon Youth Movement” (EYM). Mereka mengumpulkan sumber daya kaum muda seluruh Elyon, mengajak segenap lapisan usia di Elyon dan mempersiapkan acara Kebaktian Kebangunan Rohani Sekota. Acara besar dengan tema: “ON THE WAY” ini diadakan di Pakuwon Trade Center, Surabaya Barat dengan mengundang Ev. Alex Nanlohy, dan dihadiri lebih dari 1300 orang.

Bukan itu saja, para hamba Tuhan muda ini menindaklanjuti secara periodik acara-acara kaum muda untuk terus membakar dan menyemangati semangat pelayanan dan kebangkitan kaum muda. Pada 2015, mereka mengadakan acara bertajuk: EYM RE-UNITED, dengan pembicara Ev. Davy (ElyonSatelit 07 Maret 2015) dan Perayaan Natal Gabungan EYM (ElyonSatelit, 05 Desember 2015). Pada 2016 di Trawas diadakan Kamp Gabungan EYM (16-18 Juni 2016), Dan dua acara berurutan di Elyon Pregolan yaitu: EYM Seminar, WORSHIP REVIVAL (2 September 2016) dan esoknya EYM KKR & WORKSHOP (3 September). Keduanya dipimpin oleh Ev. Jimmy Setiawan. Sedangkan pada 2017, diselenggarakan acara YOUTH AWAKENING FESTIVAL, Live Recording Worship (ElyonPregolan 23 Juli 2017).

Fokus tema program besar yang kedua adalah Doa. Perlu diingat, sekitar 10 tahun sebelumnya Pdt. Antonia pernah menggelar program GeDE 15” Gerakan Doa Elyon 15 Menit. Nah, gerakan ini dihidupkan kembali saat 8 orang hamba Tuhan, majelis dan kaum muda, dipimpin oleh Pdt. Hendi Sutrisno mengadakan study banding ke Gedung SAAT CENTER di Jakarta dan Gereja Kristus Yesus – Jakarta. Selama 4 hari mereka belajar dan berpraktek tentang doa, dipimpin oleh Pdt. Hendra G. Mulia dan team (26 Pebruari – 01 Maret/2015). Semangat ini berlanjut dan ditindaklanjuti dengan acara Persekutuan Doa majelis, hamba Tuhan, pengurus, pekerja di Empire Palace pk. 09-17.00 yang dipimpin Pdt. Rahmiati (01 Mei 2015). Tahun berikutnya, diadakan Retreat Doa majelis, hamTu, pengurus, aktivis (9 Maret 2016) dan Retreat Doa seluruh Elyon (ElyonSatelit 17 Agustus 2016). Keduanya dipimpin oleh Pdt. Hendra G Mulia.

Dan pada tahun 2017, GKA Elyon fokus pada rentetan acara doa yang dinamai PRAYER REVIVAL (8 seri). Acara ini diselenggarakan tiap bulan, baik secara bersama, maupun diadakan di lokasi masing-masing. Pada Prayer Revival ke 6, diadakan doa bersama seluruh warga Elyon dari jam 20.00 sampai jam 24.00 dan kembali dipimpin oleh Pdt. Hendra G Mulia (ElyonPregolan 16 Agustus 2017).

Dan pada 31 Oktober 2017, jemaat gereja GKA Elyon merayakan ulang tahun sejak kebaktiannya yang pertama 80 tahun yang lalu. Dan acara ini digabung dengan peringatan Reformasi Gereja Protestan oleh Martin Luther 500 tahun lalu.

Pdt. Hendi Sutrisno bersama-sama dengan rohaniwan-rohaniwan muda dan kaum muda bergegas bergerak menuju Elyon Baru, mentransformasikan hal-hal sebelumnya menjadi hal kekinian bagi gereja. Dunia terus berubah dan makin cepat menuju milenium demi milenium. Maranata!

Beberapa Catatan Akhir

a. Tuhan membangun Gereja Tiong Hoa di Surabaya melalui Misi Metodhist Amerika, dari New York yang mengutus misionarisnya.

b. Gereja Tiong Hoa Surabaya dimulai dari Persekutuan rumah tangga. Demikian pula Jemaat Hin Hwa dimulai dari Persekutuan karyawan.

c. Tidak diperlukan banyak orang untuk membangun gereja Tuhan, cukup dimulai dari 1 orang demi 1 orang, dan itu pun tidak harus dari rohaniwan.

d. Properti gereja (Samudra) didapatkan bukan saja dari dana jemaat, tapi juga dari pinjaman dari bank asing (Shanghai & Hongkong).

e. Dokumen-dokumen, sertifikat, urusan hukum harus dipenuhi dan diselesaikan secara resmi sehingga tidak menjadi masalah di kemudian hari.

f. Dari aliran Methodist-Amerika, gereja Tionghoa Surabaya mewarisi sistem pemerintahan gereja dan corak ibadah: Presbyterian. Dari pemerintah Hindia-Belanda, gereja Tionghoa mewarisi Teologi Reformed! Dari John Sung, kita gereja Tionghoa mewarisi semangat api penginjilan. Dari The Tjik Kie, gereja Hin Hwa (Elyon) mewarisi identitas sejarah kebergerejaan.

g. Secara statistik, kebaktian perdana 1937 dihadiri sekitar 20 orangan. Saat ini tahun 2017, dengan total 4 rayon dan 3 pos PI, kebaktian minggu Elyon dan kebaktian Sekolah Minggu rerata berjumlah 1600. Maka bisa disimpulkan butuh waktu 80 tahun untuk menggandakan jumlah itu 80X lipat.

h. Pertumbuhan itu walau lambat dan banyak halangan, harus tetap diupayakan. Situasi bisa dan akan berubah.

i. Gereja Elyon ternyata bersifat dinamis, mengikuti perkembangan situasi, kondisi dan zaman. Para pemimpinnya tidak terpaku pada situasi status quo. Mereka terus bergumul dan berjuang. Mereka bersikap adaptif, akomodatif, mencari & menciptakan peluang, berinisiatif dan pro aktif menuju kemajuan dan kebaruan.

j. Tuhan selalu mencari orang, mencari pemimpin yang rela dipakaiNya, untuk menerobos melewati masa demi masa; dan sesuai dengan iman kita: demi kemuliaanNya!

KALEIDEOSKOP ELYON

1919 : The Tjek Kie datang ke Indonesia dari Singapura. Membuka usaha jahit busana dan mengadakan kebaktian bagi keluarga dan karyawannya.

1937, 07 Januari : Malam pk. 19.00, Kebaktian perdana Gereja Hin Hwa.

1939, 13 Januari : John Sung memulai rangkaian KKR di Surabaya.

1939 : Pembentukan kemajelisan pertama Hin Hwa, The Tjik Kie menjadi Ketua Majelis pertama.

1948, 03 Oktober : Pelayanan perdana Paduan Suara Chin Shin dalam kebaktian.

1949, 09 September : Penahbisan Pdt. Oei Hwai King .

1953, 03 Juni : Peresmian Gereja Jl. Samudra 49-51 setelah pemugaran.

1962, 07 Januari : H.U.T. ke 25 Gereja Hin Hwa.

1965, Juni : Pembentukan komisi Pemuda di Jl. Genteng Durasim 22.

1967, 20 Agt : Terbit Warta Mingguan Elyon, rancangan ev. Yahya Elnatan.

1972, 27 April : Peresmian penggunaan Jl. Sulung 27.

1973, 14 Mei : Pembukaan kelas P.A. Mandarin.

1973 : Pembentukan Komisi Remaja, asuhan ev. Valerie Anggreani.

1974 : Po Yit Piauw menjadi Ketua Majelis formasi ke 23.

1978, 27 Juli : Penahbisan Pdt. Yahya Elnatan oleh Pdt. Philip Teng.

1978, 08 Oktober : Rapat Terbuka -Melepaskan diri dari Sinode Gereja Kristus Tuhan.

1979, Januari : Bergabung dengan Sinode Gereja Kristen Abdiel

1979, 29 Januari : Pembentukan Komisi Wanita (yunior), oleh ev. Antonia P. Chandra.

1980, Juli : Chin Shin Choir melawat ke beberapa negara Asia.

1981, 12 September : Penahbisan Pdt. Tertiusanto oleh Pdt. Peter Wongso

1984, 21 Juni : Peresmian Gereja Jl. Pregolan Bunder 46-48.

1985, 15 Agustus : Pembentukan Komisi Pria.

1985, 12 Desember : Pembentukan Komisi Usiawan

1988, Juli & Agustus : Terbit ELTRON The Wall Magazine & GABRIEL Magazine.

1989, April : Mulai persekutuan wilayah.

1990, 18 Agustus : Terbit GABRIEL POST.

1990 : PORKRIS 1 (Pekan Olahraga Remaja Kristen se sinode GKA) di Pregolan Diikuti 8 gereja, 90 peserta

1991, 31 Maret : Mengadakan Persekutuan Karyawan.

1991, Juli : Mendukung Misi Transmigrasi di daerah Arso Irian Jaya.

1993 : Pengadopsian POS PI Polean, Banyuwangi.

1995, Juli : Pembinaan Alkitab bahasa Mandarin, Elyon Mandarin Course

1996, 21 Januari : Pembentukan Komisi Pemuda Senior: DANIEL.

1998 : Suwadji Widjaja menjadi Ketua Majelis formasi ke: 30.

1998, 17 September : Peresmian Gereja wilayah Barat: Elyon Satelit.

1998, 23 Nopember : Mulai Pelayanan Poliklinik di wilayah Barat.

1999, 13 Mei : Peresmian Gereja wilayah Timur: Elyon Galaxy.

1999, 7 Nopember : Terbit ELYONEWS.

2002, 18 Mei : Penahbisan Pdt. Antonia P.Hoo dan Pdt. Valerie Anggreani oleh Pdt. Daniel Yonathan.

2002, Juli : Mulai Sekolah Kristen Elyon (ECS).

2003, Juni : Pdt. Elim Wijaya ditetapkan sebagai Gembala Sidang

2003, 07 September : Peresmian Gereja wilayah Selatan: Elyon Rungkut.

2003, 03 September : Pembukaan POS PI Kota Damai.

2004 : Pdt. Antonia ditetapkan sebagai Gembala Sidang GKA Elyon.

2004, 31 Maret : Kebaktian Emeritus Pdt. Elim Wijaya di Pregolan.

2004, 11 Juli : Permulaan Pos Pekabaran Injil di, Laguna Indah/Pakuwon City.

2005, September  : Pembukaan Pos Pekabaran Injil di Bukit Palma.

2007, April  : GeDE 15” Gerakan Doa Elyon 15 Menit.

2007, 14-17 Oktober : Camp Semesta Muda Elyon: Menjadi Insan Baru, Pacet .

2007, 29 Oktober : Penahbisan Pdt. Hendi Sutrisno dan Pdt. Njoo Mee Fang oleh Pdt. Daniel Yonathan.

2008 : Pdt. Valerie Ang ditetapkan sebagai Gembala Sidang GKA Elyon.

2008, Oktober  : Pembukaan Pos Pekabaran Injil di Puri Surya Jaya.

2009 : Peluncuran Program dan buku MEZBAH KELUARGA.

2010, 15 Maret : ELYONWEEK, nama baru Warta mingguan Elyon.

2010, 13 Mei : Malam Menghitung Berkat di Empire Palace.

2010, 21 Juli : Peluncuran program Elyon Bible Study, Pdt. Yakub Susabda.

2012, 21-22 Juni : Seminar Kepemimpinan Generasi Muda Kristen Abad 21, Pdt. Ivan Kristiono.

2013 : Pdt. Hendi Sutrisno ditetapkan sebagai Gembala Sidang GKA Elyon.

2103 : Hendro Gani menjadi Ketua Majelis formasi ke: 43.

2013, 26 Nopember  : Emeritasi Pdt. Antonia P. Chandra dan Pdt. Valerie Anggreani.

2014, 18 Oktober  : KKR Pemuda Sekota: ON THE WAY, di Pakuwon Trade Center oleh Elyon Youth Movement.

2016, 17 Agustus : Retreat Doa seluruh Elyon, Pdt. Hendra G. Mulia.

2017, 23 Juli   : Youth Awakening Festival, Live Recording Worship, EYM.

2017, 16 Agustus : Prayer Revival seluruh Elyon, Pdt. Hendra G. Mulia.

2017  : Program 8 Bulan Berdoa – 80 Tahun Melayani.

2017, 31 Oktober : Perayaan 80 tahun Elyon & 500 tahun Reformasi Gereja Protestan

2020, 15 Maret : Memulai Pelayanan Multimedia Elyon Broadcasting Ministry & Ibadah Online


Menjadi Jemaat Yang Mengasihi Kristus Secara Dewasa

Visi GKA Elyon 2018 – 2027

Contact Us

GKA ELYON PREGOLAN
Pregolan Bunder 46 – 48
Surabaya, Jawa Timur 60262
Indonesia